TRIBUNNEWS.COM - Krisis politik Irak telah berubah menjadi aksi kekerasan.
Bentrokan terjadi menyusul pengumuman pemimpin Syiah Muqtada al Sadr yang menyatakan mundur dari politik.
Keputusan Sadr telah memicu protes yang menelan sedikitnya 20 orang dan melukai puluhan lainnya.
Sementara itu, militer Irak mengumumkan jam malam nasional pada Senin (29/8/2022) setelah penembakan meletus di Ibu Kota Irak.
Diketahui, para pengunjuk rasa menyerbu Istana pemerintah.
Kekerasan baru telah memicu kekhawatiran meluas di seluruh dunia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan agar situasi segera meredan dan mendorong dialog damai untuk menyelesaikan perselisihan.
Baca juga: Mundurnya Ulama Terkemuka Irak dari Politik Picu Aksi Kekerasan Mematikan di Baghdad
Dikutip Al Jazeera, berikut ini rangkuman reaksi para pemimpin dunia terkait aksi kekerasan yang terjadi di Irak, sejak keputusan Sadr mundur dari panggung politik:
Sekjen PBB
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres mengatakan dia mengikuti protes di Irak dengan prihatin, menurut seorang juru bicara.
Guterres mengimbau agar (masyarakat) tenang dan menahan diri.
Dia mendesak "semua aktor terkait untuk mengambil langkah segera untuk meredakan situasi dan menghindari kekerasan apa pun".
Sekjen PBB itu juga mengatakan semua pihak dan aktor harus “melampaui perbedaan mereka” dan terlibat “tanpa penundaan lebih lanjut, dalam dialog yang damai dan inklusif dengan cara yang konstruktif ke depan”.
Amerika Serikat
Baca juga: Perselisihan Diplomatik Irak dan Turki Dipicu Tewasnya Turis Akibat Kena Peluru Artileri di Baghdad
Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Irak Alina Romanowski mengatakan kerusuhan di Irak "mengganggu".
Menurutnya, para demonstran menghambat operasi institusi Irak dan mendesak semua pihak untuk "tetap damai dan menahan diri dari tindakan yang dapat mengarah pada siklus kekerasan".
"Keamanan, stabilitas, dan kedaulatan Irak tidak boleh dipertaruhkan," katanya dalam sebuah pernyataan. “Sekarang saatnya dialog untuk menyelesaikan perbedaan, bukan melalui konfrontasi.”
Romanowski juga meminta para demonstran untuk "menghormati institusi dan properti pemerintah Irak, yang dimiliki dan melayani rakyat Irak dan harus diizinkan untuk berfungsi".
Iran
Iran menutup perbatasannya dengan Irak sampai pemberitahuan lebih lanjut, sementara kedutaan besarnya di Baghdad meminta warga Iran di negara itu untuk tidak melakukan perjalanan ke Baghdad, Kadhimiya atau Samarra, media pemerintah, IRNA melaporkan.
Uni Eropa
Uni Eropa (UE) menyatakan keprihatinan tentang bentrokan di Baghdad dan meminta semua pihak untuk menahan diri sepenuhnya dan tetap tenang.
“Sangat penting bagi semua aktor untuk menghindari tindakan apa pun yang dapat mengarah pada kekerasan lebih lanjut,” kata UE dalam sebuah pernyataan.
“Kami tegaskan bahwa semua hukum harus dihormati dan integritas institusi dijaga. Semua pihak harus bekerja untuk meredakan ketegangan dan terlibat dalam dialog politik dalam kerangka konstitusional, sebagai satu-satunya cara untuk menyelesaikan perbedaan,” tambahnya.
Baca juga: Badai Pasir Selimuti Irak, Ratusan Warga Dirawat di RS, Bandara Baghdad Tangguhkan Penerbangan
Turki
Lebih jauh, Turki mendesak warganya untuk menghindari bepergian ke Baghdad dan menyerukan "dialog inklusif" untuk menyelesaikan krisis yang sedang berlangsung.
“Turkiye prihatin dengan perkembangan di Irak yang bersaudara,” kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan.
“Kami berharap konflik politik saat ini akan diselesaikan secara damai dan melalui dialog inklusif, dan perdamaian dan kesejahteraan rakyat Irak akan terjamin,” tambahnya.
Kanada
Duta Besar Kanada untuk Irak Gregory Galligan mengatakan dia "sangat khawatir" dengan kekerasan di seluruh negeri.
"Situasi ini sangat berbahaya dan dapat dengan cepat berputar di luar kendali," katanya dalam sebuah cuitan Twitter.
“Kanada mendesak semua pihak untuk mengambil langkah-langkah untuk segera meredakan situasi dan menyelesaikan perbedaan melalui negosiasi untuk kepentingan semua warga Irak.”
Britania Raya
Kuasa Usaha Inggris di Irak, James Downer, menyatakan keprihatinan atas korban, mendesak pengunjuk rasa untuk menahan diri dari serangan ke gedung-gedung pemerintah dan pasukan keamanan untuk menanggapi secara proporsional.
“Kami menyerukan semua pihak untuk memprioritaskan dialog dalam mengejar solusi damai, legal, dan inklusif bagi rakyat Irak,” tambah Downer dalam sebuah cuitan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)