News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Taiwan Tembak Drone di Lepas Pantai China, Presiden Tsai: Beijing Terus Gunakan Taktik Zona Abu-abu

Penulis: Rica Agustina
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebuah jet militer China terbang di atas pulau Pingtan, salah satu titik terdekat China daratan ke Taiwan, di provinsi Fujian pada 6 Agustus 2022. - Militer Taiwan kembali menembak jatuh sebuah drone atau pesawat tak berawak sipil tak dikenal yang memasuki wilayah udaranya, Kamis (1/9/2022).

Beijing, yang mengklaim Taiwan sebagai miliknya terhadap keberatan keras dari pemerintah di Taipei, telah mengadakan latihan militer di sekitar pulau itu bulan ini sebagai reaksi atas kunjungan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi ke Taipei.

Pejabat pertahanan Taiwan mengatakan patroli militer "intensitas tinggi" China di dekat Taiwan terus berlanjut.

Selat Taiwan yang membentang di antara daratan China dan Taiwan (Google Maps)

Baca juga: Joe Biden Minta Kongres AS Setujui Penjualan Senjata Senilai Rp16,3 Triliun ke Taiwan

Niat Beijing untuk menjadikan Selat Taiwan yang memisahkan kedua belah pihak sebagai "laut dalam" akan menjadi sumber utama ketidakstabilan di wilayah tersebut.

"Untuk pesawat dan kapal yang memasuki wilayah laut dan udara kami sejauh 12 mil laut, tentara nasional akan menggunakan hak untuk membela diri dan melakukan serangan balik tanpa kecuali," kata Lin Wen-Huang, wakil kepala staf umum untuk operasi dan perencanaan.

Sebagai tanggapan, juru bicara kementerian luar negeri China Zhao Lijian mengatakan bahwa Taiwan adalah Provinsi China, dan tidak ada "Kementerian Pertahanan Nasional".

"Tidak ada artinya bagi pihak berwenang Taiwan untuk membesar-besarkan ketegangan," kata Zhao sebagaimana dikutip CNA.

Kementerian Luar Negeri China minggu ini menolak keluhan dari Taiwan, mengatakan pesawat tak berawak tidak layak untuk dipermasalahkan.

Dalam pengarahan yang sama, Ma Cheng-Kun, seorang direktur dari akademi militer Universitas Pertahanan Nasional, mengatakan China mungkin akan bergerak lebih jauh untuk menolak lewatnya kapal-kapal angkatan laut asing melalui selat itu tanpa izinnya.

"Setelah status normal militer baru dikonsolidasikan, maka risiko tabrakan akan meningkat jika kapal angkatan laut asing bersikeras pada hak navigasi dan kebebasan," katanya.

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini