TRIBUNNEWS.COM - Pemasok energi Rusia, Gazprom memperpanjang penutupan aliran gas melalui pipa utama Nord Stream 1 ke Jerman.
Tindakan ini memicu kekhawatiran bagi Eropa yang sudah dilanda kriris energi menjelang musim dingin.
Dikutip The Guardian, situasi serius ini dibayangi fakta bahwa dulu Rusia terus mengalirkan pasokan gas ke Eropa bahkan pada puncak Perang Dingin.
Sebaliknya, sekarang pipa gas justru ditutup dua kali sejak invasi Rusia ke Ukraina.
Penutupan pertama terjadi selama 10 hari pada Juli 2022 dan penutupan kedua terjadi saat ini hingga batas belum ditentukan.
Gazprom mengatakan pasokan akan dihentikan tanpa batas waktu setelah kebocoran terdeteksi di pipa dan tidak akan dimulai kembali sampai perbaikan telah dilaksanakan sepenuhnya.
Baca juga: Rusia Kecam Kegagalan AS Sadari Ancaman Ideologi Nazisme dan Dorong Kejahatan Neo-Nazi di Ukraina
Langkah itu dilakukan beberapa jam setelah negara-negara G7 setujuĀ mengenakan batasan harga pada minyak Rusia.
Hal ini dilakukan untuk membendung dana bagi rezim Presiden Rusia Vladimir Putin dan invasinya ke Ukraina.
Aliran melalui pipa yang membentang dari pantai Rusia dekat St Petersburg ke Jerman timur laut dan dapat membawa hingga 170m kubik meter gas sehari telah dijadwalkan untuk dilanjutkan kemarin setelah tiga hari terhenti.
Namun beberapa jam sebelum gas akan dipompa, Gazprom menerbitkan foto yang dikatakan sebagai kebocoran minyak pada peralatan Nord Stream 1.
Kebocoran gas hanya alasan teknis
Siemens Energy, yang memasok dan memelihara peralatan di stasiun kompresor Portovaya Nord Stream 1 mengatakan, kebocoran itu bukan merupakan alasan teknis untuk menghentikan aliran gas.
Perusahaan itu menambahkan, kebocoran dapat disegel di lokasi dan "dalam lingkup pekerjaan pemeliharaan rutin.
Pandangan ini didukung oleh agen Jaringan Federal Jerman dalam laporan situasi gas hariannya.