TRIBUNNEWS.COM - Hari ini, Rabu (27/11/2024) menjadi hari bersejarah bagi Indonesia.
Pada hari ini, Indonesia tengah melaksanakan pesta demokrasi Pilkada Serentak 2024.
Pilkada Serentak 2024 berlangsung di 545 daerah di Indonesia, tepatnya di 508 kabupaten/kota dan 37 provinsi.
Ternyata, Pilkada Serentak 2024 yang saat ini tengah berlangsung menjadi sorotan media luar negeri.
Sebut saja media Malaysia, The Star yang menyebut Pilkada 2024 kali ini menjadi ujian awal bagi Presiden Prabowo Subianto.
Dalam artikelnya, The Star menyoroti Pilgub DKI Jakarta yang mempertemukan Ridwan Kamil-Suswono, Dharma Pongrekun-Kun Wardana, dan Pramono Anung-Rano Karno.
The Star menyebut sosok yang akan terpilih menjadi gubernur Jakarta berikutnya akan menjadi batu loncatan bagi Prabowo.
Bahkan, The Star memprediksi kemungkinan Pilgub Jakarta akan ada putaran kedua, dengan tidak satu pun dari dua kandidat teratas, yakni Ridwan Kamil dan Pramono Anung yang akan memperoleh lebih dari 50 persen suara.
"Prabowo berupaya untuk lebih mengonsolidasikan kekuasaan setelah membentuk pemerintahan koalisi yang menguasai sekitar 80 persen kursi parlemen nasional," tulis The Star.
"Mantan jenderal tersebut telah menetapkan target ambisius mulai dari mencapai pertumbuhan tahunan 8 persen beberapa tahun ke depan hingga melaksanakan program makan siang gratis senilai US$30 miliar untuk anak-anak sekolah."
"Mengendalikan pulau Jawa, yang menjadikan Jakarta sebagai kota terbesarnya, adalah kunci keberhasilan kebijakan tersebut karena lebih dari separuh penduduk negara ini tinggal di sana," jelas The Star.
Baca juga: Pilkada 2024 di Mata Media Asing, Bloomberg Soroti Pilgub Jatim yang Semua Kandidatnya Perempuan
Tak hanya Jakarta, The Star juga menyoroti Pilgub Jawa Tengah dengan menyebut jika kandidat Prabowo di sana kalah, program sang Presiden akan rumit.
Dalam wawancaranya dengan The Star, ahli strategi makro di Mega Capital Indonesia, Lionel Priyadi mengatakan investor mungkin akan menjual saham Indonesia jika kandidat Prabowo di Jakarta dan Jateng kalah.
"Kekalahan bisa membuat pelaksanaan program Prabowo semakin rumit karena resistensi politik yang semakin kuat," kata Priyadi kepada The Star.