News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Cerita WNI Mengenai Situasi Terkini di Ukraina, Selalu Waspada Setiap Sirene Berbunyi

Penulis: Willem Jonata
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pepi Aprianti Utami, WNI yang berdomisili di Ukraina. Ia mengungkap kondisi terkini di Ukraina.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Invasi Rusia di Ukraina hingga kini terus berlangsung.

Korban dari kalangan sipil terus berjatuhan.

Warga Negara Indonesia Pepi Aprianti Utami yang sudah 13 tahun berdomisili di Kyiv, Ukraina, mengungkap situasi terkini di negara tersebut.

Menurut seniman kriya alumni Fakultas Seni Rupa Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB), Rusia seperti ingin menghilangkan Ukraina dari peta dunia.

"Tentara Rusia secara sengaja menghancurkan ingatan terhadap budaya dengan membakar perpustakaan, sekolah dan museum di Ukraina," ucap Pepi, berdasarkan keterangan resmi Kedutaan Besar Ukraina untuk Indonesia.

Meski demikian, Pepi memilih bertahan di Ukraina karena.

Baca juga: Ukraina Klaim Telah Jatuhkan Drone Shahed Buatan Iran yang Digunakan Rusia

Alasannya karena ia memiliki keluarga dan teman-teman di sana.

Pekerjaannya juga tak bisa ia tinggalkan jika keluar dari wilayah Ukraina.

Ia memilih pindah ke kota yang lebih aman.

Pepi menuturkan, sebelum terjadi serangan oleh Rusia, Ukraina adalah negara yang aman dan orang-orang pergi bekerja dan beraktifitas lancar.

Perekonomian dan pembangunan terus berkembang selayaknya sebuah negara berdaulat.

Baca juga: Pasukannya Mundur dari Ukraina, Rusia Andalkan Dukungan China

Kondisi itu berubah Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari 2022.

“Banyak bangunan runtuh kena rudal. Tak sedikit korban jiwa sipil. Semua panik. Rumah saya dibobol dan dirusak oleh tentara Rusia, mereka bersembunyi dan menyimpan amunisinya di sekitar pekarangan rumah saya,” tuturnya.

Pada awal invasi Pepi memutuskan untuk berlindung di kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kyiv.

Kemudian dibantu secara penuh oleh KBRI untuk pindah ke kota Vinnytsia yang relatif aman dari serangan tentara Rusia.

Setelah tiga bulan, ketika keadaan semakin aman barulah rombongan Pepi kembali ke Kyiv dan kumpul kembali bersama keluarga.

Baca juga: Pejabat Ukraina: Lebih dari 40 Pemukiman di Wilayah Kharkiv Dibebaskan

“Di Kyiv saya berusaha untuk tetap waspada setiap sirene berbunyi saya mencoba mencari tempat yang aman untuk berlindung,” lanjutnya.

Selain dirinya, Pepi menuturkan masih ada setidaknya kurang lebih 29 WNI yang memutuskan untuk tetap bertahan di Ukraina bersama keluarga mereka dengan alasan dan pertimbangan masing-masing.

Pepi menuturkan dirinya telah tiga kali berkunjung ke Irpin, Bucha dan Ivankiv.

Di sana banyak bangunan sipil yang hancur rumah, sekolah, rumah sakit, bahkan taman bermain. Jejak kebrutalan Rusia terpampang seperti ambulan terbakar dan lokasi kuburan massal.

“Saya juga berbincang dengan warga sekitar tentang apa yang terjadi selama masa kependudukan tentara rusia di sana. Salah satunya dengan seorang ibu yang anaknya diculik dan dianiaya oleh pasukan Rusia hingga meninggal dunia,” katanya.

Pepi mengatakan Ukraina sedang berjuang mempertahankan eksistensinya oleh karena itu Ukraina membutuhkan dukungan dari seluruh negara di dunia untuk menghadapi Rusia.

“Dukungan baik moral maupun materi, terutama senjata sangat diapresiasi. Indonesia yang pernah merasakan dijajah bisa memberi bantuan seperti donasi, memberikan perhatian dan simpati, dan bersuara untuk Ukraina,” tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini