Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Putra sulung mendiang Ratu Elizabeth II, yakni Raja Charles III dikenal sebagai sosok yang mengagumi, menghormati dan menghayati nilai-nilai Islam dan umat Muslim.
Berbicara positif tentang banyak nilai yang berkaitan dengan agama, Raja yang baru saja diproklamirkan sebagai penguasa Inggris dan belasan negara persemakmuran itu selalu menjadi pendukung utama pluralisme agama.
Sikap toleransi ini ia buktikan dengan keterlibatannya dalam banyak kegiatan antar agama.
Baca juga: Tangan Raja Charles III Jadi Perhatian, Jari Disebut Sosis karena Bengkak dan Merah, Ini Kata Dokter
Dikutip dari laman British Muslim Magazine, Selasa (13/9/2022), setelah kematian sang Ratu pada 8 September lalu, Charles kemudian meneruskan takhta sebagai Raja Inggris dalam upacara aksesi tradisional.
Selain menjadi pelindung Pusat Studi Islam Oxford, Raja Charles III juga menunjukkan minatnya dalam mempelajari Al-Qur'an.
Dalam biografinya berjudul 'Charles at Seventy - Thoughts, Hopes & Dreams, sang penulis, Robert Jobs mengungkapkan beberapa pemikiran mendalam sang Raja tentang Islam dan Muslim.
Charles tidak hanya menentang perang di Irak, namun juga tidak setuju dengan larangan penggunaan niqab serta menunjukkan simpati kepada orang-orang Palestina.
Selama 30 tahun terakhir, Raja Charles III memberikan banyak pidato, di mana ia menggambarkan kekaguman dan rasa hormatnya yang mendalam terhadap agama.
Baca juga: Mobil Aston Martin DB6 Raja Charles III Bahan Bakarnya Bukan Bensin, Makanannya Wine dan Keju
Dalam banyak kesempatan, ia menjelaskan bahwa agama lain dapat belajar banyak dari Islam.
Berikut kutipan tentang Islam dan Muslim yang disampaikannya melalui pidato selama beberapa dekade terakhir.
Raja Charles III dan Islam di Spanyol
Saat menyampaikan pidato di Pusat Studi Islam Oxford pada 1993, Raja Charles III berbicara tentang bagaimana 'semua orang dapat belajar dari warisan Muslim di Andalusia'.
'Dunia Islam abad pertengahan, dari Asia Tengah hingga pantai Atlantik, adalah dunia di mana para sarjana dan orang-orang terpelajar berkembang.
Baca juga: Raja Charles III Secara Resmi Diproklamasikan Sebagai Kepala Negara Australia dan Selandia Baru
Namun karena kita cenderung melihat Islam sebagai musuh Barat, sebagai budaya asing, masyarakat dan sistem kepercayaan kita cenderung mengabaikan atau menghapus relevansinya yang besar dengan sejarah kita sendiri.
Sebagai contoh, kita telah meremehkan pentingnya 800 tahun masyarakat dan budaya Islam di Spanyol antara abad ke-8 dan ke-15.
Padahal kontribusi Muslim Spanyol untuk pelestarian pembelajaran klasik selama Abad Kegelapan, telah lama diakui.
Muslim Spanyol tidak hanya mengumpulkan dan melestarikan konten intelektual peradaban Yunani dan Romawi kuno, namun juga menafsirkan dan memperluas peradaban itu, serta memberikan kontribusi vitalnya sendiri dalam begitu banyak bidang usaha manusia, dalam sains, astronomi, matematika, aljabar, hukum, sejarah, kedokteran, farmakologi, optik, pertanian, arsitektur, teologi, musik.
Averroes dan Avenzoor, seperti rekan-rekan mereka Avicenna dan Rhazes di Timur, berkontribusi pada studi dan praktik kedokteran dengan cara yang bermanfaat bagi Eropa selama berabad-abad sesudahnya'.
Barat Bisa Belajar dari Islam
Pada 1996, Raja Charles III berpidato di Wilton Park dengan tema 'A Sense of the Sacred: Building Bridges Between Islam and the West', ia membahas tentang pentingnya berkolaborasi.
Banyak bagian dari pidatonya itu turut menekankan bagaimana mengintegrasikan kembali apa yang telah terpecah-pecah oleh dunia modern.
Baca juga: Meninggalnya Ratu Elizabeth II Jadi Momen Republikan Australia Serukan Referendum
'Saya merasa bahwa kita di Barat dapat dibantu untuk menemukan kembali akar pemahaman kita sendiri dengan menghargai penghormatan mendalam tradisi Islam terhadap tradisi tatanan alam yang tak lekang oleh waktu.
Itu dapat membantu kita di Barat untuk memikirkan kembali dan menjadi lebih baik terkait pengelolaan praktis kita terhadap manusia dan lingkungannya di bidang-bidang seperti perawatan kesehatan, lingkungan alam dan pertanian, serta dalam arsitektur dan perencanaan kota'.
Merayakan kesuksesan umat Islam
Dalam peresmian gedung Markfield Institute of Higher Education yang baru, Raja Charles III mengingatkan mereka yang hadir tentang generasi Muslim sebelumnya.
'Kehadiran umat Islam di dunia akademis, jabatan publik dan eselon yang lebih tinggi dari masyarakat kita bukanlah sesuatu yang baru, namun sesuatu yang harus dirayakan.
Dan kita mungkin juga berhenti sejenak, mungkin, untuk mengingat ratusan Muslim yang tewas dalam tugas Kerajaan pada dua perang dunia.
Merchant Navy Memorials di Tower Hill di London, misalnya, memberikan banyak bukti tentang pria Muslim pemberani yang menyerahkan nyawa mereka di atas kapal Inggris.
Mengingat warisan seperti itu, hadirin sekalian, saya senang berada di sini pada pembukaan resmi gedung Markfield Institute of Higher Education yang baru'.
Raja Charles III dan Ramadan
Pada April 2022, Raja Charles III berbicara dengan penuh semangat tentang Ramadan dan banyak pengorbanan yang dilakukan umat Islam pada bulan suci ini.
'Ramadan menyediakan waktu untuk merenungkan berkah bagi diri sendiri dan mensyukurinya.
Salah satu cara terbesar untuk menunjukkan rasa syukur dalam Islam yang saya tahu adalah dengan melayani mereka yang kurang beruntung di masyarakat kita.
Semangat kedermawanan dan keramahan umat Islam yang baik hati tidak berhenti membuat saya takjub.
Dan saya yakin bahwa saat kita memasuki masa yang lebih tidak pasti, dengan banyaknya orang yang berjuang untuk mengatasi tantangan yang semakin meningkat saat ini, komunitas Muslim akan kembali menjadi sumber amal yang sangat besar pada momen Ramadan ini'.