TRIBUNNEWS.COM - Rusia menuduh Inggris melakukan penghinaan lantaran tidak mengundang Presiden Rusia, Vladimir Putin, atau perwakilannya ke pemakaman Ratu Elizabeth II.
Ratusan pemimpin dan pejabat di seluruh dunia telah diundang ke prosesi pemakaman Ratu Elizabeth II pada 19 September 2022 mendatang.
Namun ada beberapa pemimpin negara yang tak diundang, salah satunya Presiden Rusia Vladimir Putin.
Menanggapi hal ini, Kremlin menilai tindakan pemerintah Inggris tidak bermoral.
"Kami melihat upaya Inggris untuk menggunakan tragedi nasional yang telah menyentuh hati jutaan orang di seluruh dunia untuk tujuan geopolitik untuk menyelesaikan masalah dengan negara kami selama hari-hari berkabung sebagai hal yang sangat tidak bermoral," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova.
"Ini terutama menghina memori Elizabeth II, yang diketahui telah bertugas selama Perang Dunia II di jajaran pertahanan teritorial Angkatan Bersenjata Inggris melawan Nazi," tambahnya, dilansir Sky News.
Baca juga: Daftar Tamu di Pemakaman Ratu Elizabeth II, Putin dan Junta Myanmar Tak Diundang
Baca juga: Jumlah Penonton The Crown di Netflix Naik Tajam Pasca Meninggalnya Ratu Elizabeth II
Hubungan antara Inggris dan Rusia tegang setelah invasi ke Ukraina pada pertengahan Februari lalu.
Inggris menjadi salah satu negara Barat yang aktif mengirim bantuan persenjataan kepada Kyiv.
"Citra pemersatu Ratu Elizabeth II, yang tidak mencampuri politik sebagai prinsip selama masa pemerintahannya, tidak menjadi hambatan bagi serangan perbedaan pendapat di London, yang tunduk pada pencapaian tujuan dugaan mereka sendiri," kata Zakharova.
"Untuk bagian kami, kami menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada rakyat Inggris atas kehilangan besar yang menimpa mereka."
Anggota Parlemen Tak Terima China Diundang
Sejumlah anggota parlemen Konservatif Inggris keluhkan kehadiran Wakil Presiden Tiongkok, Wang Qishan di acara pemakaman Ratu pada Senin mendatang.
Mereka yang kecewa adalah anggota parlemen yang dijatuhi larangan bepergian ke China karena mengkritik penindasan oleh pemerintah Beijing.
Dilansir The Guardian, Wang akan menjadi pemimpin politik Asia paling senior yang menghadiri upacara di Westminster Abbey.