TRIBUNNEWS.COM - Penerbangan satu arah dari Rusia terjual habis dengan cepat pada Rabu (21/9/2022), menyusul pengumuman mobilisasi militer secara parsial oleh Presiden Vladimir Putin.
Sebelumnya, Putin memerintahkan pemanggilan segera terhadap 300.000 personel militer cadangan.
Pengumuman ini menimbulkan kekhawatiran bahwa pria di usia produktif tidak akan diizinkan meninggalkan Rusia.
Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu menegaskan pemanggilan ditujukan untuk personel cadangan yang berpengalaman sebagai tentara profesional.
Sedangkan pelajar dan warga yang bertugas dalam wajib militer tidak akan dipanggil.
Kremlin menolak berkomentar apakah perbatasan akan ditutup bagi mereka yang tunduk pada perintah mobilisasi, dan meminta orang-orang untuk bersabar menunggu informasi.
Baca juga: Rusia Ungkap 5.937 Tentaranya Tewas, Ukraina Klaim Tentara Putin Yang Gugur 10 Kalinya
Sementara itu, data Google Trends menunjukkan lonjakan pencarian untuk Aviasales yang merupakan situs paling populer di Rusia untuk membeli tiket penerbangan, lapor Reuters.
Penerbangan langsung dari Moskow ke Istanbul di Turki dan Yerevan di Armenia, terjual habis pada Rabu (21/9/2022) menurut data Aviasales.
Kedua tujuan ini memungkinkan orang Rusia masuk tanpa visa.
Penerbangan dari Moskow ke Istanbul melalui Turkish Airlines semuanya dipesan atau tidak tersedia hingga Minggu.
Beberapa rute dengan transit, termasuk dari Moskow ke Tbilisi, ibu kota Georgia, juga telah habis.
Sementara penerbangan termurah ke Dubai menelan biaya lebih dari 300.000 rubel ($5.000), atau sekitar lima kali upah bulanan rata-rata.
Tarif sekali jalan ke Turki melonjak hingga hampir 70.000 rubel ($1.150), menurut data Google Flights.
Badan Pariwisata Rusia mengatakan sejauh ini tidak ada pembatasan untuk bepergian ke luar negeri.
Aeroflot, maskapai penerbangan negara itu juga mengatakan tidak membatasi penjualan tiket.
Sebelumnya, Menhan Shoigu menjelaskan bahwa 300.000 pasukan cadangan akan dikerahkan untuk mendukung operasi militer di Ukraina.
Shoigu mengatakan 5.937 tentara Rusia telah tewas sejak awal konflik.
Ini merupakan pembaruan pertama Moskow terkait jumlah korban tewas dalam hampir enam bulan.
Presiden Putin memerintahkan mobilisasi pertama Rusia sejak Perang Dunia Kedua dalam pidato di televisi.
Ia mengatakan bahwa tenaga tambahan diperlukan untuk memenangkan perang tidak hanya melawan Ukraina tetapi juga para pendukung Baratnya.
Pengakuan Kegagalan
Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace mengatakan keputusan mobilisasi adalah pengakuan Putin atas kegagalan invasinya di Ukraina.
"(Putin) dan Menteri Pertahanannya telah mengirim puluhan ribu warga mereka sendiri ke kematian mereka, dengan perlengkapan yang buruk dan dipimpin dengan buruk," kata Ben Wallace dalam sebuah pernyataan.
"Tidak ada ancaman dan propaganda yang dapat menyembunyikan fakta bahwa Ukraina memenangkan perang ini, komunitas internasional bersatu dan Rusia menjadi paria global," tambahnya, dikutip dari Al Jazeera.
Rusia menunjukkan kelemahan dengan mengumumkan mobilisasi cadangan militer, jelas Duta Besar AS untuk Ukraina Bridget Brink.
"Referensi dan mobilisasi palsu adalah tanda-tanda kelemahan, kegagalan Rusia," cuit Bridget Brink di Twitter.
Baca juga: Vladimir Putin Umumkan Mobilisasi Parsial, 300 Ribu Pasukan Cadangan Rusia Akan Dipanggil
Baca juga: Bertemu di Uzbekistan, Presiden Erdogan: Vladimir Putin Ingin Segera Akhiri Perang di Ukraina
Protes dari Aktivis
Dilansir Telegraph, aktivis oposisi Rusia di pengasingan menyerukan aksi demo nasional untuk memprotes mobilisasi parsial yang dideklarasikan oleh Putin.
Leonid Volkov, sekutu dekat pemimpin oposisi yang dipenjara, Alexei Navalny, pada Rabu (21/9/2022) mendesak warga Rusia untuk menyabotase perintah pemanggilan dan protes.
"Akhir sudah dekat. Sabotase mobilisasi dengan segala cara yang mungkin. Ambil bagian dalam protes," katanya di media sosial.
"Kita tidak bisa membiarkan Putin membunuh puluhan ribu ayah, suami, dan anak laki-laki di penggiling daging kegilaannya."
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)