TRIBUNNEWS.COM - Ratusan demonstran berkumpul di Federal Plaza di Teheran, Iran pada Rabu (21/9/2022) malam untuk memprotes pembunuhan Mahsa Amini (22) pada pekan lalu.
Mahsa Amini meninggal setelah ditangkap oleh polisi moral negara karena mengenakan jilbabnya secara tidak benar.
Pejabat Iran mengatakan dia meninggal karena serangan jantung, namun keluarganya mengatakan dia dipukuli sampai mati dalam tahanan.
Seorang aktivis mengatakan Mahsa Amini mengalami pukulan mematikan di kepala.
"Kami mencoba menyampaikan pesan (kepada negara lain) di luar sana dan memberi tahu orang-orang apa yang terjadi di Iran," kata seorang demonstran.
"Mohon maklum, (kasus kematian) Mahsa Amini. (semua orang) Tahu namanya, tahu ceritanya, " terangnya, dikutip dari CBS News.
Baca juga: Iran Dilanda Kerusuhan Besar Gara-gara Wanita Tak Berjilbab Dipenjara dan Diduga Tewas Disiksa
Jumlah Demonstran Tewas Bertambah
Setidaknya lima pengunjuk rasa ditembak mati selama demonstrasi di wilayah Kurdi selama beberapa hari terakhir, menurut Organisasi Hak Asasi Manusia Hengaw.
Dikatakan 75 lainnya terluka di kota-kota lain selama akhir pekan, menurut laporan CTV News.
Aksi demonstrasi ini diikuti dengan beberapa aksi, termasuk aksi para wanita yang memotong rambutnya untuk menghormati Amini.
Demonstrasi ini juga diwarnai dengan aksi melemparkan batu ke pasukan keamanan, membakar kendaraan polisi dan tempat sampah dan meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah.
Demonstrasi menyebar di berbagai negara
Kematian Amini telah memicu protes mematikan di Teheran, Ibu Kota Iran.
Bahkan, demo atas kematian Mahsa Amini juga terjadi di kota-kota besar Amerika Serikat, termasuk Los Angeles, Dallas, New York City, dan Chicago.