News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Profil Xi Jinping, Pemimpin China yang Diisukan Dikudeta dan Jadi Tahanan Rumah

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Republik Rakyat Cina (RRC), Xi Jinping


Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Tagar atau hastag Xi Jinping mulai trending di media sosial Twitter, setelah beberapa laporan datang dari China yang menyatakan presiden Xi Jinping telah dijadikan tahanan rumah oleh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).

Berita ini muncul ke permukaan setelah aktivis hak asasi manusia China Jennifer Zeng membagikan video di Twitter.

Dalam video tersebut terlihat beberapa kendaraan militer berjalan di jalan raya.

Zeng mengatakan konvoi itu panjangnya mencapai 80 kilometer, dan desas-desusnya adalah Xi Jinping telah menjadi tahanan rumah.

Baca juga: Mengenal Xi Jinping, Presiden China yang Sempat Terbuang dan Kini Diisukan Dikudeta

”Kendaraan militer #PLA menuju #Beijing pada 22 Sep. Mulai dari Kabupaten Huanlai dekat Beijing & berakhir di Kota Zhangjiakou, Provinsi Hebei, seluruh prosesi sepanjang 80 KM.
Sementara itu, rumor mengatakan bahwa #XiJinping ditahan setelah senior #PKC memecatnya sebagai kepala PLA,” tulis Zeng dalam postingannya tersebut, yang dikutip dari News Room Post.

Menurut laporan berita, 60 persen penerbangan di China dihentikan pada Jumat (23/9/2022) lalu. Namun, pemerintah China tidak memberikan penjelasan apa pun mengenai hal ini.
Sementara di media sosial beredar kabar yang menyebut Jenderal Angkatan Darat China Li Qiaoming telah mengambil alih jabatan sebagai presiden baru.

Lantas siapa Xi Jinping dan bagaimana perjalanan karirnya hingga bisa menduduki posisi sebagai orang nomor satu di China?

1. Keturunan revolusioner komunis Xi Zhongxun dan mendapat julukan "Pangeran"

Xi Jinping yang lahir pada 15 Juni 1953, merupakan presiden ke-7 dan Ketua Komisi Militer Sentral Republik Rakyat Tiongkok.

Xi adalah putra kedua dari pasangan Xi Zhongxun dan Qi Xin. Ayahnya, Xi Zhongxun pernah menjabat sebagai wakil perdana menteri China dan merupakan sekutu awal Mao Zedong. Namun karena sering berselisih dengan pemerintah, ayah Xi pernah dipenjara selama Revolusi Kebudayaan sebelum akhirnya menerima rehabilitasi pada tahun 1970-an.

Baca juga: Presiden China Xi Jinping Jadi Trending Topik di Tengah Rumor Kudeta Militer

Karena statusnya sebagai putra Xi Zhongxun, Xi Jinping dianggap sebagai "Pangeran" atau "Princeling". Istilah ini digunakan untuk menggambarkan keturunan pejabat senior Partai Komunis terkemuka. Namun "Princeling" juga kadang-kadang digunakan untuk menghina orang-orang di Tiongkok yang dianggap mendapat manfaat dari nepotisme dan kronisme.

2. Pernah menjadi buruh kasar

Xi menjadi salah satu dari jutaan pemuda perkotaan yang "diturunkan" dan dipaksa pemerintah Komunis untuk meninggalkan kota dan bekerja sebagai buruh di pedesaan.

Sejak tahun 1969 hingga 1975, Xi menghabiskan waktunya sebagai buruh tani di Liangjiahe, Shaanxi. Selama enam tahun ini, ia mempererat ikatan dengan komunitas petani lokal. Pada tahun 1974, Xi Jinping mulai bergabung dengan partai Komunis Tiongkok (PKC).

2. Masa muda dan awal mula karir berpolitik

Xi Jinping belajar teknik kimia di Universitas Tsinghua dari tahun 1975 hingga 1979. Sejak tahun 1998 hingga 2002, dia mempelajari teori Marxis dan pendidikan ideologi dalam program pasca-sarjana di Fakultas Humaniora dan Ilmu Sosial, Universitas Tsinghua, dan memperoleh gelar LLD.

Sejak tahun 1979 hingga 1982, Xi dipilih menjadi sekretaris pribadi menteri pertahanan nasional China Geng Biao. Setelah itu Xi memilih meninggalkan Beijing dan bekerja sebagai wakil sekretaris PKC di Provinsi Hebei sejak tahun 1982 hingga 1985.

Baca juga: Anggota Komisi XI DPR Pastikan RUU P2SK akan Kuatkan Perbankan Syariah

3. Kunjungan ke Amerika Serikat

Pada tahun 1985, Xi menghabiskan dua minggu di Muscatine, Iowa, Amerika Serikat, sebagai bagian dari delegasi Tiongkok yang mempelajari teknologi pertanian. Kunjungannya ini membentuk pandangannya mengenai AS, hingga dia kembali lagi ke Negeri Paman Sam pada tahun 2012 sebagai wakil presiden China.

Dalam kunjungannya ke AS pada tahun 2012, Xi menyampaikan pidato kebijakan di Washington dan bertemu dengan Barack Obama, yang pada saat ini masih menjadi Presiden AS.

4. Menikah dengan penyanyi Folk terkenal dan pengangkatannya sebagai Presiden

Xi Jinping menikah dengan penyanyi folk terkenal Peng Liyuan pada tahun 1987, saat ia tinggal di provinsi Fujian. Di Provinsi itu juga ia diangkat menjadi anggota komite partai dan wakil wali kota Xiamen. Dari pernikahan ini, Xi dan Peng dikaruniai seorang putri bernama Xi Mingze.

Kariernya terus melejit hingga pada 15 November 2012 ia ditunjuk untuk menggantikan Hu Jintao sebagai sekretaris jenderal Komite Sentral PKC dan sebagai ketua Komisi Militer Pusat.

Baru pada 14 Maret 2013 Xi Jinping ditunjuk sebagai presiden China oleh parlemen. Selama masa kekuasaannya, Xi dikenal sebagai pemeluk ajaran Konfusius yang taat, dibandingkan dengan pemimpin Komunis China lainnya.

Xi Jinping juga dikenal dengan sikap kerasnya terhadap korupsi dan keterbukaannya mengenai reformasi politik dan ekonomi pasar di Republik Rakyat China.

5. Perjalanan Xi Jinping sebagai Pemimpin China

Xi Jinping menyatakan di bawah kepemimpinannya, dia akan mengusahakan untuk memajukan kembali perekonomian Republik Rakyat China, bersama dengan enam anggota papan atas partai lainnya, termasuk anggota baru Li Keqiang dan Wang Qishan.

Pada 12 November 2014, Obama dan Xi mengumumkan perjanjian perubahan iklim yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca kedua negara tersebut hingga sepertiga selama dua dekade mendatang. Ini menjadi momen pertama China setuju untuk mengurangi emisi karbonnya.

Selama kunjungan kenegaraan pertama Xi Jinping ke AS sebagai Presiden China pada 22-27 September 2015, Xi bertemu dengan para pemimpin teknologi dan bisnis di Seattle sebelum terbang ke Washington untuk menemui Obama.

Xi juga melakukan kunjungan kenegaraan pertama ke Inggris pada 20-23 Oktober 2015 untuk meningkatkan hubungan ekonomi dan diplomatik.

Xi juga bertemu dengan Presiden Taiwan Ma Ying-jeou di Singapura pada 7 November 2015. Hal ini menandai pertemuan pertama antara pemimpin Beijing dan Taipei sejak perang saudara China-Taiwan berakhir pada tahun 1949.

Pada tahun 2016, Xi Jinping dideklarasikan sebagai "inti partai komunis Tiongkok". Gelar tersebut semula dipegang oleh Mao Zedong.

Melalui gelar ini semakin memperkuat kekuasaan Xi Jinping.

6. Masa jabatan kedua "Tanpa Batas Waktu"

PKC mengusulkan amandemen konstitusi negara pada 25 Februari 2018, untuk menghapus batas masa jabatan presiden, sehingga memungkinkan Xi untuk menjabat tanpa batas waktu sebagai kepala negara China.

Baru pada 11 Maret 2018, Parlemen China mendukung perubahan pada konstitusi negara, membuka jalan bagi Xi untuk tetap berkuasa tanpa batas waktu.

Hingga pada 17 Maret 2018, Xi memulai jabatan keduanya sebagai Presiden China tanpa batasan masa jabatan.

Di masa jabatannya yang kedua, China menjadi tuan rumah kunjungan pemimpin Korea utara Kim Jong Un pada 25-27 Maret 2018.

Kemudian pada 4 Mei 2018, Xi mengadakan panggilan telepon dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengenai situasi di Semenanjung Korea.

Ini adalah kali pertama kedua pemimpin ini berbicara di telepon.

Xi Jinping juga bertemu dengan Presiden AS Donald Trump pada 1 Desember 2018 untuk membicarakan ketegangan perdagangan selama KTT G20 di Argentina.

Memasuki masa-masa pandemi Covid-19, Xi melakukan kunjungan ke Wuhan pada 10 Maret 2020, untuk inspeksi "pekerjaan pencegahan dan pengendalian epidemi" di kota dan provinsi sekitarnya.

Pada 22 September 2020, melalui pidato yang dilakukan secara virtual ke Majelis Umum PBB, Xi menyerukan revolusi hijau dan mengatakan pandemi Covid-19 telah menunjukkan bahwa “manusia tidak bisa lagi mengabaikan peringatan alam yang berulang-ulang".

Satu tahun kemudian, tepatnya pada 21 September 2021, Pemimpin China ini mengatakan tidak akan membangunn proyek pembangkit listrik tenaga batu bara di luar negeri dan akan meningkatkan dukungan keuangan untuk proyek energi hijau serta rendah karbon di negara berkembang.

Pejabat senior PKC menyetujui resolusi tentang “prestasi besar dan pengalaman bersejarah” partai pada 11 November 2021, dalam sebuah langkah yang diharapkan akan semakin memperkuat kekuasaan Xi.

Ini menjadi “resolusi sejarah” ketiga yang dikeluarkan oleh PKC dalam 100 tahun kedepan, dua lainnya pada tahun 1945 dan 1981, masing-masing memperkuat supremasi Mao Zedong dan Deng Xiaoping.

Xi Jinping kemudian menemui Presiden Rusia Vladimir Putin pada 4 Februari 2022 di sela-sela Olimpiade Beijing.

Melalui pertemuan ini keduanya menyerukan agar NATO menghentikan ekspansi lebih lanjut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini