Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Warga sipil Rusia membanjiri daerah perbatasan selama akhir pekan kemarin, menyusul berkembangnya spekulasi yang menyebutkan Pemerintah Rusia akan menerbitkan aturan yang melarang kaum laki-laki di Rusia yang memenuhi syarat mobilisasi, meninggalkan negara itu.
Melansir dari Bloomberg, seorang sumber melaporkan, antrean berjam-jam terlihat di bandara utama di Moskow serta penyeberangan darat ke Kazakhstan dan Georgia.
Pemerintah Rusia berusaha meyakinkan warganya bahwa aturan mobilisasi "parsial" yang dinyatakan Presiden Vladimir Putin pada 21 September lalu akan ditegakkan, setelah kabar mengenai orang-orang yang sakit dan berusia tua wajib mengikuti mobilisasi militer viral di media sosial.
Sabtu (24/9/2022) malam kemarin, Vladimir Putin memutuskan menangguhkan beberapa siswa di sekolah kejuruan dan universitas negeri untuk ikut serta dalam rencana mobilisasi militer, setelah jaminan Kementerian Pertahanan gagal meyakinkan publik.
Ketua Majelis Rendah Parlemen Rusia, Vyacheslav Volodin pada hari Minggu (25/9/2022) kemarin menjanjikan pendekatan "individual" untuk setiap pengaduan yang diterima dan menegaskan kembali jaminan dari beberapa gubernur regional.
Menurut seorang pengacara di Rusia bernama Pavel Chikov, Layanan Keamanan Federal Rusia (FSB) mulai menghentikan warga yang meninggalkan negara itu atas perintah komisariat militer.
Baca juga: Tolak Mobilisasi Militer Putin, 100 Orang di Wilayah Dagestan Rusia Ditangkap
Chikov memposting sebuah foto dan dua pemberitahuan yang memperlihatkan kondisi perlintasan yang berbeda di daerah perbatasan Rusia dan Kazakhstan.
Situs berita Meduza dan kelompok media taipan Mikhail Khodorkovsky selama akhir pekan kemarin mengutip laporan beberapa sumber yang mengatakan pria usia wajib militer akan dilarang meninggalkan Rusia.
Laporan serupa mengenai penutupan daerah perbatasan sebelumnya telah beredar, tidak lama setelah Putin memerintahkan pasukannya untuk menyerang Ukraina pada Februari lalu, meskipun kenyataannya tidak ada pembatasan seperti itu yang diberlakukan pada saat itu.
Baca juga: Putin Deklarasikan Mobilisasi Parsial, Rusia Mulai Kewalahan Hadapi Pasukan Ukraina?
Sementara protes kecil terhadap mobilisasi Putin telah pecah di seluruh wilayah Rusia. Polisi menahan sekitar 828 orang yang melakukan protes di 35 kota, menurut kelompok hak asasi manusia yang memantau situasi tersebut OVD-Info.
Di Dagestan, polisi menembakkan senjata ke udara untuk membubarkan unjuk rasa, menurut video yang dibagikan surat kabar Kommersant di saluran Telegramnya.
Penyeberangan di perbatasan darat timur Finlandia berlipat ganda jumlahnya dalam seminggu hingga hari Jumat (23/9/2022) menjadi 7.700, menurut data yang diterbitkan oleh Penjaga Perbatasan Finlandia.
Sabtu kemarin, jumlah kedatangan warga dari Rusia mencapai 8.572, dengan jumlah keberangkatan juga naik menjadi 4.199.
Baca juga: AS Tanggapi Serius Ancaman Putin Gunakan Senjata Nuklir di Perang Ukraina
Di Uralsk, Kazakhstan, bioskop Cinema Park menawarkan diri dijadikan sebagai tempat tinggal bagi warga Rusia yang mengemudi melintasi perbatasan, setelah arus masuk membawa banyak pendatang yang mencari rumah, menurut situs berita Kazakh24.info.
Seorang programmer perangkat lunak berusia 35 tahun bernama Daniil, mengatakan dia telah melewati garis perbatasan darat di Georgia, yang panjangnya sekitar 10 kilometer dan memakan waktu sekitar 24 jam.
Daniil juga mengaku dia menyewa sebuah van di Vladikavkaz dengan teman-temannya dengan membayar 10 ribu rubel.
“Saya tidak percaya bahwa ini adalah mobilisasi parsial. Saya memiliki kartu militer yang mengatakan bahwa saya adalah seorang tentara tetapi tidak memenuhi syarat berdasarkan usia," ujarnya.
"Saya tahu bahwa kita semua adalah cadangan, dan suatu hari momen ini akan datang, jadi itulah mengapa saya memilih untuk datang ke sini. Taktik mereka hanya untuk menurunkan kepanikan dan mengatakan itu adalah mobilisasi parsial,” katanya saat ditemui di alun-alun ibu kota Georgia, Tbilisi.