TRIBUNNEWS.COM - Korban tewas akibat serangan bom bunuh diri di Kabul, Ibu Kota Afghanistan, bertambah menjadi 52 orang, AP News melaporkan.
Korban tewas lebih dari dua kali jumlah yang diakui oleh para pejabat Taliban.
Puluhan orang lainnya terluka dalam ledakan pada Jumat (30/9/2022), menjadikannya salah satu serangan paling berdarah sejak Taliban menguasai Afghanistan lebih dari setahun lalu.
Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan itu, tetapi kelompok ekstremis ISIS telah melakukan serangkaian serangan terhadap Taliban dan etnis minoritas.
Ledakan itu terjadi pada saat ratusan siswa usia remaja sedang mengikuti ujian praktek di Pusat Pendidikan Tinggi Kaaj di Kabul.
Pejabat keamanan Taliban awalnya mengatakan 19 orang telah tewas, kemudian merevisi jumlah korban tewas menjadi 25 selama akhir pekan.
Baca juga: Bom Bunuh Diri di Kabul Afghanistan Tewaskan 35 Orang, Sebagian Besar Korban adalah Perempuan
Namun, AP News berbicara langsung dengan kerabat dari 39 korban tewas dan memperoleh nama dan informasi lain tentang 13 sisanya.
Sebagian besar korban adalah perempuan, di mana 31 siswa berusia antara 17 dan 20 tahun.
Korban termuda adalah seorang gadis berusia 14 tahun bernama Nasrin, yang mengunjungi pusat tersebut bersama sepupunya yang berusia 19 tahun, Layeqa, yang juga tewas dalam ledakan tersebut.
Mohammed Amir menguburkan putrinya, Wahida, yang berusia 21 tahun di pemakaman Kabul pada hari Jumat.
Dia berbicara tentang masa sulit yang dialami keluarganya.
"Sepertinya neraka bagi kita. Saya tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Saya tidak bisa tidur. Saya merasa seperti sedang dicabik-cabik. Saya berharap saya bisa berada di suatu tempat di mana saya bisa berteriak, meninggikan suara saya. Hati saya tercabik-cabik karena Wahida," katanya.
Adik Wahida, Zahra, mengatakan bahwa Hazara dan Syiah selalu diserang.
"Kali ini sama, tidak ada Sunni di Kaaj (Pusat Pendidikan). Semua dari mereka adalah Syiah. Seorang pengebom bunuh diri memasuki bagian perempuan dan meledakkan dirinya di depan saudara perempuan saya. Mereka semua adalah gadis Hazara," katanya.
Alasan rendahnya jumlah korban tewas yang diberikan oleh Taliban tidak segera jelas.
Baca juga: Abaikan Larangan Taliban, Lima SMA Perempuan di Afghanistan Kembali Dibuka
Di masa lalu, mereka kadang-kadang lambat untuk mengkonfirmasi jumlah korban setelah serangan.
Sejak Taliban mengambil alih Afghanistan pada Agustus 2021, kelompok Negara Islam, saingan Taliban, telah melakukan serangkaian serangan, termasuk bom bunuh diri di masjid-masjid yang ramai.
Hazara, minoritas Afghanistan, sering menjadi sasaran kekerasan.
Kebanyakan Hazara adalah Muslim Syiah, dibenci oleh radikal Muslim Sunni seperti kelompok Negara Islam, dan didiskriminasi oleh banyak orang di negara mayoritas Sunni.
Pusat pendidikan yang ditargetkan pada hari Jumat berada di lingkungan Kabul di Dashti Barchi, di mana banyak penduduknya adalah Hazara.
Pada tahun 2020, ISIS menyerang sebuah rumah sakit bersalin di Dashti Barchi yang menewaskan 24 orang, termasuk ibu dan bayi yang baru lahir.
Pada tahun 2021, sebelum pengambilalihan Taliban, kelompok itu menyerang sebuah sekolah, menewaskan lebih dari 90 orang, kebanyakan dari mereka adalah siswi.
(Tribunnews.com/Rica Agustina)