Ini dilakukan dalam apa yang disebut militer Korsel sebagai langkah yang sangat tidak biasa, yang dirancang untuk menunjukkan tekad sekutu demi menanggapi setiap ancaman dari Korut.
Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida mengutuk uji coba Korut dalam 'istilah terkuat'.
Baca juga: Korea Utara Tembakkan Rudal Balistik di Atas Jepang, Peluncuran ke-5 dalam 10 Hari
Bahkan Uni Eropa (UE) menyebutnya sebagai 'tindakan sembrono dan provokatif yang disengaja'.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pun mengutuk peluncuran tersebut dan mengatakan bahwa itu adalah pelanggaran resolusi DK.
Karena permintaan AS, DK PBB akan melakukan pertemuan pada Rabu waktu setempat untuk membahas tindakan Korut, meskipun China dan Rusia mengatakan kepada rekan-rekan dewan bahwa mereka menentang pertemuan terbuka dari 15 anggota lembaga itu.
Mereka berpendapat bahwa reaksi dewan harus kondusif untuk meredakan situasi di Semenanjung Korea.
Perlu diketahui, rudal balistik yang diluncurkan di langit Jepang pada Selasa kemarin merupakan rudal pertama Korut yang mengikuti lintasan di atas Jepang sejak 2017.
Penerbangannya pun diperkirakan 4.600 kilometer atau setara 2.850 mil, ini adalah yang terpanjang untuk uji coba Korut yang biasanya diluncurkan ke luar angkasa untuk menghindari terbang di atas negara-negara tetangga.
Analis dan pejabat keamanan mengatakan bahwa itu mungkin varian dari IRBM Hwasong-12 yang diluncurkan Korut pada 2017 sebagai bagian dari apa yang dikatakannya 'rencana untuk menyerang pangkalan militer AS di Guam'.
Baik pemerintah Korut maupun media pemerintahnya tidak melaporkan peluncuran tersebut atau mengungkapkan jenis rudal apa yang digunakan.
Penerbangan itu telah meningkatkan kekhawatiran bahwa Korut akan segera melakukan uji coba nuklir yang akan menjadi 'yang pertama' sejak 2017.
Menteri Pertahanan Korsel, Lee Jong-sup mengatakan kepada parlemen bahwa Korut telah menyelesaikan persiapan untuk uji coba dan mungkin menggunakan senjata yang lebih kecil untuk penggunaan operasional atau perangkat besar dengan hasil yang lebih tinggi daripada yang telah diuji sebelumnya.
Sementara itu, Presiden Korsel Yoon Suk-yeol menyebut uji coba itu 'sembrono' dan mengatakan itu akan membawa tanggapan tegas dari negaranya, sekutunya dan komunitas internasional.
"Peluncuran itu adalah "tindakan sembrono dan provokatif yang disengaja' yang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB," kata seorang Juru bicara Uni Eropa.