TRIBUNNEWS.COM - Penyebab kematian Mahsa Amini yang memicu aksi protes di seluruh Iran, terungkap dalam laporan koroner pada Jumat (7/10/2022)
Koroner, yang bertugas menyelidiki kematian akibat kekerasan, kematian mendadak, atau kematian mencurigakan, mengatakan Mahsa Amini meninggal bukan karena dipukul atau dianiaya, tetapi karena gagal organ akibat penyakit bawaan.
Mahsa Amini (22) meninggal dunia saat sedang dalam penahana polisi moral 16 September lalu.
Saat itu ia baru saja tiba di Teheren dari wilayah asalnya, Kurdistan.
Mahsa Amini ditahan diduga karena tidak menggunakan jilbab dengan benar sehingga melanggar aturan berpakaian.
Polisi berkata Mahsa Amini meninggal dunia setelah jatuh sakit dan koma.
Baca juga: Organisasi HAM Iran Sebut 76 Orang Tewas dalam Aksi Protes Bela Mahsa Amini, Jurnalis Ditangkap
Tetapi pihak keluarga berkata ada saksi mata yang melihat Mahsa Amini dipukuli oleh petugas.
Namun, seperti dilansir NBC News, Organisasi Medis Hukum Iran mengatakan dalam laporan bahwa "penyakit bawaan" terkait operasi yang Mahsa Amini jalani saat berusia 8 tahun, membuatnya mengalami gangguan pada irama jantung dan menderita penurunan tekanan darah.
Kondisi itu membuat Amini kehilangan kesadarannya.
Organisasi Medis Hukum Iran mengklaim badan mereka independen meski merupakan bagian dari peradilan negara.
Operasi resusitasi terbukti tidak efektif, tulis organisasi itu dalam pernyataannya.
Mereka menambahkan bahwa "pada menit-menit kritis pertama, Mahsa Amini menderita hipoksia parah dan kerusakan otak."
Orang yang menderita Hipoksia memiliki kadar oksigen yang rendah dalam tubuh.
Gejalanya termasuk detak jantung yang cepat dan kesulitan bernapas.
Baca juga: Pemerintah Imbau WNI di Iran Tidak Ikut Demo Atas Kematian Mahsa Amini