News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Iran Memanas

Koroner Iran Sebut Mahsa Amini Meninggal Bukan karena Dipukuli, tapi Karena Penyakit Bawaan

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pengunjuk rasa memegang potret Mahsa Amini selama demonstrasi mendukung Amini, seorang wanita muda Iran yang meninggal setelah ditangkap di Teheran oleh polisi moral Republik Islam, di jalan Istiklal di Istanbul pada 20 September 2022. Koroner Iran menyangkal tuduhan bahwa Mahsa Amini meninggal karena dipukuli. Gadis 22 tahun itu disebut meninggal karena kondisi bawaan.

TRIBUNNEWS.COM - Penyebab kematian Mahsa Amini yang memicu aksi protes di seluruh Iran, terungkap dalam laporan koroner pada Jumat (7/10/2022)

Koroner, yang bertugas menyelidiki kematian akibat kekerasan, kematian mendadak, atau kematian mencurigakan, mengatakan Mahsa Amini meninggal bukan karena dipukul atau dianiaya, tetapi karena gagal organ akibat penyakit bawaan.

Mahsa Amini (22) meninggal dunia saat sedang dalam penahana polisi moral 16 September lalu.

Saat itu ia baru saja tiba di Teheren dari wilayah asalnya, Kurdistan.

Mahsa Amini ditahan diduga karena tidak menggunakan jilbab dengan benar sehingga melanggar aturan berpakaian.

Polisi berkata Mahsa Amini meninggal dunia setelah jatuh sakit dan koma.

Baca juga: Organisasi HAM Iran Sebut 76 Orang Tewas dalam Aksi Protes Bela Mahsa Amini, Jurnalis Ditangkap

Tetapi pihak keluarga berkata ada saksi mata yang melihat Mahsa Amini dipukuli oleh petugas.

Namun, seperti dilansir NBC News, Organisasi Medis Hukum Iran mengatakan dalam laporan bahwa "penyakit bawaan" terkait operasi yang Mahsa Amini jalani saat berusia 8 tahun, membuatnya mengalami gangguan pada irama jantung dan menderita penurunan tekanan darah.

Kondisi itu membuat Amini kehilangan kesadarannya.

Organisasi Medis Hukum Iran mengklaim badan mereka independen meski merupakan bagian dari peradilan negara.

Operasi resusitasi terbukti tidak efektif, tulis organisasi itu dalam pernyataannya.

Mereka menambahkan bahwa "pada menit-menit kritis pertama, Mahsa Amini menderita hipoksia parah dan kerusakan otak."

Orang yang menderita Hipoksia memiliki kadar oksigen yang rendah dalam tubuh.

Gejalanya termasuk detak jantung yang cepat dan kesulitan bernapas.

Sebuah gambar yang diambil di Teheran pada 18 September 2022 menunjukkan halaman depan surat kabar Iran Hafteh Sobh yang menampilkan foto Mahsa Amini, seorang wanita yang meninggal setelah ditangkap oleh "polisi moral" Iran. (ATTA KENARE / AFP)

Baca juga: Pemerintah Imbau WNI di Iran Tidak Ikut Demo Atas Kematian Mahsa Amini

Pemeriksaan fisik tubuh dan otopsi, serta tes patologi menunjukkan kematian Mahsa Amini bukan disebabkan pukulan ke kepala atau organ vital atau bagian tubuh lainnya, kata laporan itu.

Keluarga sebelumnya membantah Mahsa Amini memiliki penyakit yang sudah ada sebelumnya.

Mereka belum mengomentari laporan terbaru ini.

Polisi juga membantah tuduhan bahwa Amini dipukuli.

Polisi bersikeras bahwa Amini meninggal setelah menderita serangan jantung.

Presiden Iran Ebrahim Raisi, seorang garis keras, telah memerintahkan penyelidikan atas kematian Mahsa Amini.

Ia juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarganya.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei juga buka suara tentang kematian Mahsa Amini.

"Hati kami hancur untuk gadis muda itu," katanya pada upacara kelulusan taruna militer di Pusat Pelatihan Imam Hassan di barat laut Teheran, menurut kantor berita Tasnim yang bersekutu dengan pemerintah.

Khamenei juga menuduh Amerika Serikat dan Israel merencanakan aksi protes anti-pemerintah.

Aksi Protes di Iran dan di Seluruh Dunia

Sebuah gambar yang diperoleh AFP pada 21 September 2022, menunjukkan para demonstran Iran turun ke jalan-jalan di ibukota Teheran selama protes untuk Mahsa Amini, beberapa hari setelah dia meninggal dalam tahanan polisi. (AFP/-)

Baca juga: Protes Kematian Mahsa Amini Masuk Pekan Ketiga, Korban Tewas Bertambah 92 Orang

Aksi protes setelah kematian Mahsa Amini didominasi wanita.

Mereka terlihat membuka dan membakar jilbab sebagai bentuk protes langsung terhadap undang-undang ketat yang mengatur cara berpakaian wanita.

Para siswi juga bergabung dalam protes anti-pemerintah.

Mereka meneriakkan slogan-slogan menentang Republik Islam.

Di luar Iran, pengguna media sosial memotong rambut mereka sebagai bentuk solidaritas.

Ada pula ribuan orang lainnya yang menghadiri rapat umum di ibu kota Eropa dan kota-kota Amerika seperti Los Angeles.

Tim sepak bola pria Iran mengadakan protes sendiri sebelum pertandingan di Austria pekan lalu.

Mereka mengenakan jaket hitam yang menutupi lambang tim nasional mereka.

TV pemerintah Iran melaporkan pekan lalu bahwa 41 orang tewas dalam demonstrasi, meskipun tidak ada jumlah resmi yang diberikan sejak itu.

Namun, kelompok hak asasi manusia memperkirakan jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini