Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi menekankan komitmen agar presidensi Indonesia menghasilkan kerjasama yang konkrit.
Retno mengatakan nasib miliaran penduduk dunia dipertaruhkan jika G20 sampai gagal.
Rakyat Indonesia dan rakyat di dunia berharap akan adanya hasil yang konkrit, sebab dunia menghadapi situasi yang tidak menentu akibat pandemi hingga rivalitas diantara negara-negara anggota G20.
"Sejak awal kita bekerja untuk menghasilkan proyek kerjasama yang konkret. Pak Menko Ekonomi juga sudah menyampaikan bagaimana kita mencoba untuk mendapatkan kerjasama konkrit sebanyak mungkin. Walaupun tidak mudah, tapi dengan upaya yang sangat keras, insya Allah kita akan dapat menghasilkan kerjasama konkrit yang cukup banyak sebagai hasil dari presidensi Indonesia," kata saat menjadi pembicara di Seminar PPRA 64 Lemhannas RI, Selasa (11/10/2022).
Sejumlah outcome dokumen dari pertemuan G20 terus negosiasikan sepanjang tahun ini.
Baca juga: Mantan Napiter Yakin Tak Ada Gangguan Keamanan pada KTT G20 di Bali
Retno berujar dalam kondisi normal saja negosiasi G20 tidak pernah mudah.
Situasi saat ini membuat negosiasi sangat sulit, sehingga satu kata saja bisa memakan waktu berhari-hari agar semuanya dapat disepakati dan diterima negara-negara yang tergabung.
"Cara lain dalam mengelola situasi ini kita melakukan komunikasi dengan semua negara anggota G20, salah satu yang dilakukan pemerintah Indonesia adalah menggunakan kesempatan di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB yang ke 77 pada bulan September lalu untuk berbicara dengan semua menteri luar negeri G20."
Retno menegaskan, pesan Indonesia jelas agar G20 tidak gagal. Sebab nasib dan kesejahteraan miliaran penduduk dunia, terutama di negara berkembang akan menjadi taruhannya.
Krisis pangan, energi, keuangan dengan cepat menjadi bagian dari realitas dunia.
"One by one, dan kita bicara terbuka, Pesan kita jelas, kita sampaikan kepada mereka. G20 tidak boleh gagal, karena apa, kalau G20 gagal, taruhannya terlalu besar. Nasib dan kesejahteraan miliaran penduduk dunia, terutama di negara berkembang akan menjadi, sekali lagi, taruhannya. Dan ini yang harus menjadi perhatian negara-negara G20. dan ini yang seharusnya menjadi guidance dari kerja G20 yang akan ditutup di KTT nanti bulan November," ujarnya.