Lebih dari tujuh bulan invasi ke Ukraina, Rusia telah menderita kerugian besar dalam hal pasukan dan peralatan serta dipukul mundur di beberapa wilayah dalam sebulan terakhir.
Presiden Putin telah menyatakan pencaplokan wilayah Ukraina dan mengancam akan mempertahankannya dengan senjata nuklir.
Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, bulan lalu mengatakan bahwa AS telah menjelaskan kepada Moskow soal "konsekuensi bencana" yang akan dihadapinya jika menggunakan senjata nuklir di Ukraina.
Sullivan tidak secara terbuka menjelaskan sifat tanggapan AS yang direncanakan.
Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin pada Rabu lalu mengatakan AS sedang memantau setiap indikasi perubahan yang mengkhawatirkan dalam postur nuklir Rusia.
"Kami belum melihat indikator apa pun pada saat ini yang akan membuat kami percaya itu," kata Austin.
Para diplomat yakin Moskow sedang mencoba menakut-nakuti Barat agar mengurangi dukungannya untuk Kyiv.
Sementara itu, NATO mengumumkan akan melanjutkan latihan kesiapsiagaan nuklir tahunannya yang dijuluki "Steadfast Noon" minggu depan.
Selama latihan ini, Angkatan Udara NATO akan mempraktekkan penggunaan bom nuklir AS yang berbasis di Eropa dengan penerbangan pelatihan, tanpa senjata hidup.
"Ini adalah latihan untuk memastikan bahwa penangkal nuklir kami tetap aman, terjamin dan efektif," katanya, seraya menambahkan kekuatan militer NATO adalah cara terbaik untuk mencegah eskalasi ketegangan.
Sekutu Janjikan Senjata
Negara-negara sekutu Ukraina menjanjikan banyak bantuan senjata militer setelah menggelar pertemuan yang diikuti lebih dari 50 negara Barat di Brussel, pada Rabu (12/10/2022).
Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksiy Reznikov, memuji kedatangan perdana sistem pertahanan Iris-T dari Jerman serta janji AS untuk mempercepat pengiriman sistem rudal permukaan-ke-udara canggih (Nasams).
"Era baru pertahanan udara telah dimulai di Ukraina," cuit Reznikov, lapor Guardian.