Rudapaksa
Rusia menggunakan rudapaksa dan kekerasan seksual sebagai bagian dari strategi militernya di Ukraina, kata Perwakilan Khusus PBB untuk Kekerasan Seksual dalam Konflik Pramila Patten minggu ini.
Klaim tersebut mengikuti data yang dirilis oleh panel ahli PBB baru-baru ini.
PBB memverifikasi lebih dari seratus kasus rudapaksa atau insiden kekerasan seksual yang dilaporkan di Ukraina sejak Februari.
Baca juga: Kemlu RI Beberkan Alasan Indonesia Dukung Resolusi PBB Kutuk Rusia Caplok Wilayah Ukraina
"Ketika Anda mendengar wanita bersaksi tentang tentara Rusia yang dilengkapi dengan Viagra, itu jelas merupakan strategi militer," kata Patten.
Patten menambahkan banyak kasus yang melibatkan anak-anak.
Jumlah sebenarnya dari korban kemungkinan akan jauh lebih tinggi daripada angka resmi yang dirilis.
"Ada banyak kasus kekerasan seksual terhadap anak yang dirudapaksa, disiksa, dan diasingkan," kata Patten sebagaimana dikutip CNN.
"Saya tidak berhenti sejak Februari untuk menekankan pentingnya memiliki penyelidikan yang kredibel terhadap kasus-kasus kekerasan ini."
Sejak invasi Moskow dimulai, pejabat Ukraina telah berulang kali menuduh pasukan Rusia melakukan pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak-anak.
Mereka menggunakan rudapaksa dan tindakan seksual lainnya sebagai "senjata perang".
Wakil Menteri Dalam Negeri Ukraina, Kateryna Pavlichenko, pada bulan Juni, mengatakan bahwa polisi menerima sekitar 50 pengaduan kejahatan seksual yang dilakukan oleh tentara Rusia.
Baca juga: Rusia Gunakan Rudapaksa dan Kekerasan Seksual sebagai Bagian dari Strategi Militernya di Ukraina
Jaksa juga sedang menyelidiki tuduhan rudapaksa di wilayah Kharkiv setelah pasukan Ukraina baru-baru ini merebut kembali wilayah di sana.
CNN telah berbicara dengan wanita Ukraina, salah satunya seorang wanita hamil berusia 16 tahun, yang berbagi cerita mengerikan yang merinci kekerasan seksual.