TRIBUNNEWS.COM - Cengkereman Rusia atas kota Kherson tampak semakin rapuh.
Semua warga sipil Kherson diperintahkan untuk mengungsi sebagai persiapan menghadapi serangan balasan Ukraina.
Dikutip The Guardian, pemerintah kota yang diduduki Rusia mengimbau penduduk membawa dokumen, uang, barang berharga dan pakaian karena situasi di depan menegangkan.
Pihak berwenang juga melaporkan bahwa warga sipil yang mencoba melarikan diri meningkat tajam.
IInstitute for the Study of War Amerika Serikat (AS) menyebut seruan agar warga sipil melarikan diri menunjukkan Kremlin berusaha mengurangi populasi untuk merusak kelangsungan hidup sosial dan ekonomi jangka panjang.
Militer Ukraina menambahkan bahwa Rusia telah mengevakuasi pasukan veteran dari sekitar Kherson.
Baca juga: Rusia Desak Warga Kherson Pergi untuk Hindari Serangan Balasan Ukraina
Kherson merupakan satu-satunya kota di tepi barat Sungai Dnipro yang direbut oleh Rusia sejak dimulainya perang lebih dari tujuh bulan lalu.
Juru Bicara dari Komando Operasional Ukraina selatan Vladyslav Nazarov mengatakan dalam pembaruan bahwa petugas Rusia “dipindahkan ke tepi kiri Sungai Dnipro, meninggalkan unit yang baru dimobilisasi di sebelah kanan”.
Pernyataan tersebut mengacu pada tepi barat tempat kota itu berada.
Posisi Rusia di Kherson tampak rentan selama berminggu-minggu.
Tapi pada satu titik Kremlin tampak bersemangat untuk memperjuangkan kota itu.
Tetapi keberhasilan Ukraina di bagian utara garis depan pada bulan September, termasuk merebut kembali Izium.
Baca juga: Rusia Tuduh Ukraina Berencana Ledakkan Bom untuk Sebarkan Limbah Radioaktif Lalu Salahkan Moskow
Tampaknya telah meyakinkan Rusia bahwa mereka tidak dapat lagi mempertahankan pasukan di sebelah barat Dnipro karena posisi mereka terlalu melebar secara keseluruhan.
Pihak berwenang Rusia di Kherson juga mengatakan satu orang tewas dan tiga terluka setelah ledakan.