TRIBUNNEWS.COM - Pengungsi Ukraina diminta untuk tidak kembali sampai musim semi tiba.
Hal tersebut dikarenakan untuk membantu mengurangi tekanan pada sistem energi selama musim dingin.
Seperti yang diketahui, pasukan Rusia telah menghancurkan infrastruktur energi Ukraina selama gelombang serangan rudal dan drone.
"Jaringan tidak akan bisa mengatasinya. Anda lihatapa yang dilakukan Rusia," ujar Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshchuk, dikutip dari BBC.
"Kita harus bertahan hidup di musim dingin," tambahnya.
Sementara itu, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengatakan serangan udara Rusia telah menghancurkan lebih dari sepertiga sektor energi negara itu.
Baca juga: Iran Mengaku Tak akan Tinggal Diam Jika Rusia Terbukti Gunakan Drone Buatannya di Ukraina
Vereshchuk mengatakan bahwa meskipun dia ingin warga Ukraina kembali pada musim semi, penting untuk menahan diri dari pulang untuk saat ini, karena "situasi hanya akan bertambah buruk".
"Jika memungkinkan, tinggal di luar negeri untuk sementara waktu," ujarnya.
Ekonomi Ukraina telah menderita parah sejak perang dimulai.
Zelensky telah meminta bantuan dunia untuk menutupi defisit anggaran yang diharapkan sebesar 38 triliun dolar tahun depan.
Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan, Ukraina akan membutuhkan 3 miliar dolar setiap bulan untuk bertahan hidup tahun depan.
Baca juga: Presiden Jerman Kunjungi Kyiv saat Barat Pertimbangkan Rencana Bangun Kembali Ukraina
Wakil Wali Kota di kota barat Lviv, Serhiy Kiral, mengatakan kepada BBC pada hari Sabtu, bahwa strategi Rusia adalah merusak infrastruktur penting sebelum musim dingin.
Rusia mulai menyerang jaringan energi Ukraina sebagai pembalasan atas serangan terhadap Jembatan Krimea.
Daerah yang menjadi sasaran serangan terbaru termasuk wilayah Cherkasy, tenggara Ibu Kota Kyiv, dan kota Khmelnytskyi, lebih jauh ke barat.
Pada hari Jumat, Zelensky menuduh Rusia menanam ranjau di bendungan pembangkit listrik tenaga air di wilayah Kherson di Ukraina selatan, yang berada di bawah kendali pasukan Moskow.
Dia mengatakan jika pembangkit listrik tenaga air Kakhovka dihancurkan, ratusan ribu orang akan berada dalam bahaya banjir.
Baca juga: Apa Itu Bom Kotor dan Mengapa Rusia Menuduh Ukraina Menggunakannya?
Rusia membantah rencana meledakkan bendungan dan mengatakan Ukraina menembakkan rudal ke sana.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari, badan pengungsi PBB telah mencatat sekitar 7,7 juta pengungsi dari Ukraina di seluruh Eropa, termasuk Rusia, dari populasi sekitar 44 juta.
Rusia Tuduh Ukraina Gunakan 'Dirty Bomb'
Rusia mengklaim ada lembaga ilmiah di Ukraina, yang menampung teknologi yang dibutuhkan untuk membuat dirty bomb atau bom kotor.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, pihaknya memiliki informasi yang menunjukkan Kyiv sedang merencanakan provokasi terkait dengan ledakan bom kotor.
"Tujuan dari provokasi ini adalah untuk menuduh Rusia menggunakan senjata pemusnah massal di teater operasi Ukraina dan dengan demikian meluncurkan kampanye anti-Rusia yang kuat di dunia yang bertujuan untuk merusak kepercayaan di Moskow," ujar Kepala Radiasi Rusia, Igor Kirillov, dikutip dari CNN.
Baca juga: Bank Dunia Kucurkan Dana Tambahan Senilai 500 Juta Dolar AS untuk Bantu Ukraina
Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, membuat klaim tersebut dalam panggilan telepon dengan Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin pada 23 Oktober, menurut seorang pejabat AS yang mengetahui percakapan tersebut.
Shoigu juga membuat komentar serupa kepada rekan-rekannya di Prancis dan Inggris.
Rusia berencana untuk mengajukan tuduhannya terhadap Ukraina di Dewan Keamanan PBB pada 25 Oktober, menurut Reuters.
(Tribunnews.com/Whiesa)