Diketahui pabrik produksi roti Paris Baguette dinaungi SPC Group, perusahaan konglomerat besar di industri makanan Korea Selatan.
Perusahaan itu semakin dihujani kritik, setelah mengirimkan dua box roti ke rumah duka pekerja pabrik yang meninggal.
Anggota keluarga yang berduka mengungkapkan kesedihan dan kemarahan mereka setelah menerima kue-kue itu dan menjelaskan dalam sebuah wawancara dengan media.
"Dia meninggal saat bekerja di pabrik SPC saat membuat kue-kue itu. Apakah masuk akal jika perusahaan mengirimi kami kue-kue itu untuk dibagikan? kepada para hadirin di pemakamannya?"
"Bagaimana mereka bisa melakukan ini?"
Menurut SPC, kotak roti adalah hadiah dukungan yang dikirim ke semua pemakaman atau acara karyawan.
Baca juga: Satu Lagi Pekerja di Pabrik Pembuat Roti Korea Selatan Jadi Korban Mesin Pengaduk Saus
Warganet pun marah atas kejadian ini, dan memberikan banyak kritik di sosial media.
"Maksud saya meskipun itu adalah hadiah dukungan yang dikirim ke semua karyawan, ini terlalu keras," tulis seorang warganet.
"Apakah kepala di pundak mereka untuk dekorasi? karena mereka mengirim kue dari pabrik tempat dia meninggal, bayangkan bagaimana perasaan keluarga yang berduka ketika mereka melihat kue-kue itu."
"Saya pasti tidak ingin membeli roti dari mereka lagi. Membuat saya mual saya bahkan tidak ingin melihat mereka."
Owner SPC Minta Maaf
Di tengah kecaman dan boikot dari warga Korea Selatan atas insiden karyawan yang tergilas mesin pengaduk, Ketua SPC Group, perusahaan induk Paris Baguette Huh Young In secara terbuka meminta maaf.
Pihaknya akan bertanggungjawab secara penuh atas kejadian mengenaskan itu, diberitakan Tribunnews.com.
Baca juga: Korea Selatan Tepis Rumor Kirim Senjata ke Ukraina
"Saya bertanggung jawab penuh atas kecelakaan ini dan pantas mendapat kritik dari publik. Saya ingin meminta maaf kepada para pekerja pabrik yang bekerja di dekat korban. Perusahaan seharusnya memahami trauma dan kesedihan mereka dan seharusnya lebih perhatian," ujarnya dikutip dari Vice World News, Jumat (27/10/2022).
Perusahaan juga berjanji untuk menghabiskan 100 miliar won (sekitar $67 juta) selama tiga tahun untuk meningkatkan keselamatan pekerja.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati/Rina Ayu Panca Rini)