Laporan Wartawan Tribunnews.com, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi menegaskan pentingnya ASEAN melakukan engagement atau pendekatan dengan semua pemangku kepentingan untuk menyelesaikan kekerasan yang terjadi di Myanmar.
Sebab engagement dengan semua pemangku kepentingan di Myanmar secara jelas ada di dalam 5 Point Consensus (5PC) yang merupakan hasil pertemuan para pemimpin negara ASEAN dalam upaya membantu Myanmar untuk menyelesaikan politik dalam negerinya.
Sehingga pada saat Indonesia menekankan pentingnya melakukan engagement dengan semua pihak, termasuk dengan junta militer, semata-mata adalah dalam konteks implementasi 5PC.
Baca juga: Menlu RI: Serangan Junta Militer Myanmar pada Konser Musik di Kachin Tidak Dapat Diterima
Oleh sebab itu Retno menegaskan engagement dengan militer tidak ada kaitannya dengan masalah recognition/pengakuan.
"Sebagai catatan, engagement dengan Junta Militer hanya dilakukan sebagai bagian dari engagement dengan semua stakeholder, sekali lagi merupakan bagian dengan engagement dengan semua stakeholders," kata Retno pada konferensi pers usai menghadiri Special ASEAN Foreign Ministers Meeting yang berlangsung di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Kamis (27/10/2022).
Menlu RI meyakini hanya dengan engagement dengan all stakeholders maka ASEAN akan dapat menjalankan fungsinya untuk memfasilitasi berlangsungnya dialog yang diharapkan akan dapat membahas masa depan Myanmar.
Sebab, masalah Myanmar hanya akan dapat diselesaikan oleh rakyat Myanmar sendiri. Oleh karena itu dialog di antara mereka menjadi sangat penting artinya.
Sedangkan ASEAN hanya bertugas untuk memfasilitasi dialog antara mereka.
"Tindakan kekerasan sekali lagi harus segera dihentikan. Indonesia menyampaikan agar pesan inilah yang harus segera disampaikan kepada Tatmadaw (militer Myanmar)," kata Retno.
Pertemuan khusus para Menlu ASEAN atau Special ASEAN Foreign Ministers Meeting berlangsung di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Kamis (27/10/2022).
Pertemuan para Menlu ini dilakukan sebagai tindak lanjut kesepakatan pertemuan informal Menlu ASEAN di New York City, di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB pada bulan September lalu.
Tujuan pertemuan khusus adalah untuk memberikan masukan mengenai isu Myanmar kepada para pemimpin ASEAN yang akan bertemu dalam KTT bulan November di Phnom Penh di bawah keketuaan Kamboja.