TRIBUNNEWS.COM - Warga Korea Selatan memboikot toko roti Paris Baguette karena insiden kematian karyawannya pada Sabtu (15/10/2022).
Seorang karyawati Paris Baguette yang berusia 23 tahun meninggal karena bagian atas tubuhnya masuk ke mesin mixer sauce di pabrik roti yang terletak di Pyeongtaek, Provinsi Gyeonggi itu.
Ia mengoperasikan mixer sauce di pabrik Paris Baguette sendirian.
Rekan kerja menemukannya keesokan harinya dan membantu menarik tubuhnya yang hancur dari mesin.
Mengetahui kejadian tragis itu, Paris Baguette tetap melanjutkan produksi keesokan harinya pada Minggu (16/10/2022), seperti diberitakan Today Online.
Baca juga: AS, Jepang, dan Korea Selatan Siap Merespon Jika Korea Utara Lakukan Uji Coba Bom Nuklir
Dalam postingan di media sosial beredar informasi mesin bekas kecelakaan itu hanya ditutupi dengan kain putih.
Sementara karyawan pabrik Paris Baguette diperintahkan kembali bekerja di sebelah lokasi kecelakaan.
Para kritikus berpendapat, mesin mizer sauce seharusnya dioperasikan oleh setidaknya dua orang.
Namun, tanggapan pihak Paris Baguette terhadap insiden dan penanganan kematian karyawan itu menuai kecaman.
Warga Korea Selatan kemudian memboikot roti Paris Baguette dan perusahaan induknya SPC Group, termasuk Dunkin' Donuts, Egg Slut, Shake Shack, dan Baskin Robbins.
Paris Baguette Minta Keluarga Korban Tak Ajukan Tuntutan
Paris Baguette semakin dikecam setelah terungkap bahwa perwakilan Paris Baguette mencoba bernegosiasi dengan pihak korban pada malam pemakamannya.
Ibu korban mengatakan, perwakilan Paris Baguette telah menawarkan penyelesaian, namun mensyaratkan agar ibu korban tidak mengajukan tuntutan apa pun.
Sang ibu menolak dan menggandeng seorang pengacara pada hari berikutnya.
Paris Baguette juga dikecam karena mereka mengirimkan roti untuk tamu pemakaman.
Juru bicara SPC Group menjelaskan, pengiriman roti itu adalah bagian dari paket perawatan yang diberikan ketika seorang karyawan atau anggota keluarga mereka meninggal.
Ibu korban marah dengan tindakan Paris Baguette.
"Bagaimana mereka bisa mengirim roti dari tempat dia meninggal? Apakah itu masuk akal?" katanya.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Korea Selatan Mengalami Perlambatan di Kuartal Ketiga 2022
Presiden Perintahkan Penyelidikan, Paris Baguette Minta Maaf
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol memerintahkan penyelidikan atas rincian kematian karyawan tersebut pada 16 Oktober 2022.
Sehari kemudian, ketua SPC Group Huh Young In secara terbuka meminta maaf pada konferensi pers.
Ia mengakui bahwa membuat karyawan bekerja di lokasi kecelakaan itu salah dan tidak dapat dimaafkan.
"Saya sangat bertanggung jawab atas kecelakaan ini dan dengan rendah hati menerima teguran keras dan kritik dari publik," kata Hur dalam sebuah pernyataan yang dibagikan kepada Korea Times.
“Perusahaan sedang mengerjakan penyelidikan dengan pihak berwenang, dan kami bekerja keras untuk mengetahui penyebab pasti kecelakaan itu dan mengambil tindakan tindak lanjut.”
Paris Baguette juga berjanji untuk menginvestasikan 100 miliar won (S$99,1 juta) untuk meningkatkan keselamatan di tempat kerja selama tiga tahun ke depan.
Namun, itu tidak cukup untuk menenangkan orang-orang.
Baca juga: Semenanjung Korea Kian Memanas, Korea Utara dan Korea Selatan Saling Balas Tembakan Artileri
Imbas Boikot, Waralaba Paris Baguette Anjlok
Terlepas dari permintaan maaf Paris Baguette para publik, anggota serikat pekerja dan anggota masyarakat bersatu pada 20 Oktober untuk menggelar upacara peringatan di depan kantor pusat perusahaan.
Protes lainnya juga diadakan di depan 1.000 toko Baguette Paris di negara itu.
Orang-orang juga turun ke media sosial untuk menggalang dukungan untuk boikot, dengan gambar dari semua merek yang dikelola oleh SPC Group dibagikan secara luas di seluruh platform.
Konfederasi Serikat Buruh Korea menulis di akun Twitter resminya: “Jangan pernah membeli atau pergi ke perusahaan pembunuh SPC!”
Tagar seperti “Boikot SPC”, “Perusahaan Pembunuh SPC”, dan “Gerakan Dilarang Membeli” sedang tren di Twitter Korea Selatan.
Beberapa postingan mendapatkan ribuan retweet, Vice News melaporkan.
Upaya boikot ini membuahkan hasil. Harian Ekonomi Korea melaporkan pada 24 Oktober bahwa penjualan di waralaba Paris Baguette telah anjlok 30 persen dalam seminggu terakhir dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Paris Baguette