TRIBUNNEWS.COM - Pihak berwenang China menutup Universitas Peking di Beijing pada Rabu (16/11/2022), AP News melaporkan.
Penututpan itu dilakukan setelah temuan satu kasus virus Corona (Covid-19) di area kampus.
Mahasiswa dan fakultas Universitas Peking tidak diizinkan meninggalkan pekarangan kecuali diperlukan.
Kelas dipindahkan secara online di kampus utama hingga Jumat, kata pemberitahuan universitas.
Beijing melaporkan lebih dari 350 kasus baru dalam periode 24 jam terakhir, sebagian kecil dari 21 juta populasinya tetapi cukup untuk memicu penguncian dan karantina lokal di bawah strategi "nol-COVID" China.
Secara nasional, China melaporkan sekitar 20.000 kasus, naik dari sekitar 8.000 minggu lalu.
Baca juga: Di KTT G20, China Puji Sikap Rusia yang Menentang Perang Nuklir
Pihak berwenang menghindari penguncian di seluruh kota untuk mencoba meminimalkan dampak pada kebebasan bergerak dan ekonomi yang merosot.
Mereka ingin menghindari terulangnya penguncian Shanghai awal tahun ini yang melumpuhkan pengiriman dan memicu aksi protes.
Revisi pedoman nasional yang dikeluarkan minggu lalu meminta pemerintah daerah untuk mengikuti pendekatan yang ditargetkan dan ilmiah yang menghindari tindakan yang tidak perlu.
China masih mengunci bangunan dan terkadang area yang lebih luas saat kasus ditemukan.
Protes pecah di selatan kota Guangzhou awal pekan ini di daerah padat yang menjadi rumah bagi pekerja migran di industri pakaian.
Video yang diunggah di media sosial menunjukkan kerumunan merobohkan penghalang, meskipun apa yang sebenarnya membuat mereka kesal tidak jelas.
Guangzhou, pusat ekspor industri dekat Hong Kong, melaporkan lebih dari 6.000 kasus baru dalam wabah terbesar yang sedang berlangsung di negara itu.
Baca juga: Kondisi Covid-19 dan Perlambatan Ekspor Bikin Ekonomi China Mengalami Kemerosotan
Kota-kota lain dengan wabah besar termasuk Chongqing di barat daya, Zhengzhou di provinsi Henan dan Hohhot, ibu kota wilayah Mongolia Dalam di utara.
Di Zhengzhou akhir bulan lalu, para pekerja melarikan diri dari asrama mereka di sebuah pabrik iPhone yang luas.
Beberapa pekerja terlihat memanjat pagar untuk keluar.
Apple kemudian memperingatkan bahwa pelanggan akan menghadapi keterlambatan pengiriman model iPhone14 Pro.
Pejabat China dan media pemerintah telah menekankan bahwa pemerintah sedang menyesuaikan tetapi tidak meninggalkan apa yang disebutnya sebagai kebijakan nol-COVID yang "dinamis", setelah desas-desus pelonggaran memicu reli pasar saham awal bulan ini.
(Tribunnews.com/Rica Agustina)