News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bom Parsel Hantam Diplomat Rusia di Afrika Tengah

Penulis: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

AFRIKA TENGAH - Prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Kompi Zeni (Satgas Kizi) TNI Konga XXXVII-B/Minusca (Multi-Dimensional Integrated Stabilization Mission in Central African Republic) sedang patroli dan mengamankan bahan peledak di Bossangoa, Mpoko-Bangui, Central Afrika Republik (CAR). TRIBUNNEWS.COM/PUSPEN TNI/AFRIKA

TRIBUNNEWS.COM, BANGUI - Seorang anggota senior misi diplomatik Rusia di Republik Afrika Tengah (CAR) terluka akibat bom parsel yang diterimanya.

Diplomat itu kini dirawat di rumah sakit dalam kondisi stabil. Kedutaan besar Rusia di Bangui, ibu kota Afrika Tengah mengkonfirmasi, Jumat (16/12/2022).

Pejabat itu diidentifikasi sebagai Dmitry Sytyy, yang mengepalai cabang lokal "Russian House", sebuah jaringan pusat kebudayaan di bawah Kementerian Luar Negeri Rusia.

Berita itu pertama kali disampaikan perwira Rusia, yang mengklaim memberikan pelatihan militer kepada pasukan pemerintah di negara Afrika itu.

Dikatakan sebuah bom parsel meledak di tangan Sytyy, dan dia dibawa ke rumah sakit setelah insiden itu, yang digambarkannya sebagai serangan teroris.

Kelompok tersebut mengklaim Sytyy menerima ancaman terhadap dirinya dan keluarganya atas hubungan Rusia dengan pemerintah CAR.

Baca juga: Republik Afrika Tengah Jadikan Bitcoin Sebagai Alat Pembayaran yang Sah

Baca juga: Mengemban Misi PBB, 5 Anggota Polda Sumsel Ditugaskan ke Afrika Tengah

Kedutaan mengatakan insiden itu terjadi di luar kompleks diplomatik Rusia, di rumah sang diplomat.

Kondisi Sytyy digambarkan tidak mengancam jiwa, meskipun ia tampaknya menderita cedera kepala.

Kedutaan Rusia menyarankan warganya untuk tidak mengunjungi negara itu, termasuk ibu kota, sejak 2020.

Moskow dilaporkan telah membantu pemerintah CAR mengamankan layanan instruktur militer swasta Rusia.

Persatuan Perwira untuk Keamanan Internasional, yang menyampaikan berita tentang Sytyy, terlibat dalam pelatihan pasukan CAR.

Prancis, bekas kekuatan kolonial yang memerintah wilayah itu hingga tahun 1960-an, sangat kritis terhadap pengaruh Rusia yang tumbuh di Afrika.

Bulan lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menuduh Moskow memiliki ambisi "predator" di beberapa bagian benua, yang telah lama dipandang Paris sebagai wilayah kepentingan strategis.

Pada Kamis, Kementerian Pertahanan Prancis melaporkan penarikan 130 tentara yang tersisa, yang merupakan bagian dari misi MISLOG di Afrika Tengah.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini