TRIBUNNEWS.COM - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menanggapi seruan Wakil Presiden Komisi Eropa Josep Borrell agar Ankara juga menjatuhkan sanksi terhadap Rusia.
Erdogan menyebut diplomat tinggi Uni Eropa (UE) itu tidak memiliki wewenang atas hubungan antara Moskow dan Ankara, saluran televisi TRT melaporkan pada Kamis (15/12/2022).
"Saya tidak menganggap Borrell sebagai vis-a-vis (lawan-Red)," kata Erdogan, seperti dikutip TASS.
"Levelnya bisa berbicara dengan (Menteri Luar Negeri) Mevlut Bey kami. Itu pernyataan yang buruk," ucap Erdogan.
"Borrel tidak dapat mendefinisikan hubungan kami dengan Rusia. Dia tidak memiliki kualifikasi atau kemampuan untuk membuat keputusan seperti itu," tutur Erdogan.
Baca juga: Populer Internasional: Lawan Politik Presiden Turki Erdogan Dipenjara | Panic Buying di China
"Siapa dia untuk menilai hubungan kita (Turki) dengan Rusia sehubungan dengan sanksi?" imbuh Erdogan kepada wartawan setelah kembali dari pertemuan di Turkmenistan.
Lebih jauh, Erdogan juga mengkritik posisi Borroell terhadap Ankara, sehubungan dengan upaya mengimplementasikan perjanjian Istanbul tentang biji-bijian.
"Sementara semua pemimpin Eropa berterima kasih kepada kami, Anda membuat pernyataan seperti itu," kata Erdogan.
Sanksi terhadap Rusia oleh Inggris
Diwartakan sebelumnya, dua oligarki Rusia dan mitra bisnis Roman Abramovich ditambahkan ke daftar sanksi pemerintah Inggris sebagai tanggapan atas invasi ke Ukraina.
Alexander Abramov dan Alexander Frolov, yang menurut pemerintah Inggris "dikenal sebagai rekan bisnis" dari mantan pemilik Chelsea FC.
Mereka termasuk di antara empat taipan baja dan petrokimia Rusia baru yang ditambahkan ke daftar sanksi pada Rabu (2/11/2022).
Baca juga: Fiji Sita Kapal Pesiar Mewah Milik Oligarki Rusia Senilai 300 Juta Dolar AS
Sanksi dikeluarkan menyusul laporan keuangan
Inggris menjatuhkan sanksi terhadap dua oligarki tersebut setelah beberapa bulan lalu, Guardian mengungkapkan tingkat kekayaan Abramov dan Frolov.
Laporan tersebut juga mengungkapkan investasi lepas pantai di resor pulau Karibia dan rencana untuk membangun kembali gereja Marylebone serta beragam properti di Inggris bahkan luar negeri.
Dilansir The Guardian, dua oligarki itu sebelumnya memiliki saham besar di produsen baja dan batubara kokas Rusia Evraz.
Sebagian besar saham juga dimiliki oleh Abramovich yang dikenakan sanksi pada Mei.
Abramovich adalah salah satu oligarki pertama yang dikenai sanksi.
Penyelidikan terkait hubungan keuangan
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-296, Kyiv: Putin Persiapkan Serangan Besar saat Tahun Baru
Kantor Luar Negeri diketahui telah menyelidiki hubungan keuangan meraka dan oligarki lain yang terkena sanksi, Eugene Shvidler.
Diketahui, kekayaan Shvidler dihargai $1,6 miliar oleh Forbes.
Shvidler, yang dikenai sanksi pada Maret 2022 kemarin.
Dia adalah rekan dekat Abramovich lainnya dan memimpin perusahaan Inggris Millhouse Capital yang mengelola aset untuk Abramovich.
Abramov, yang menurut pemerintah memiliki kekayaan sekitar £ 4,1 miliar merupakan seorang baron baja yang mendirikan Evraz.
Dia mengawasi pencatatannya di London Stock Exchange pada 2005, dan dianugerahi Russia's Decoration For Beneficence pada 2017.
Baca juga: OPEC Plus Pertahankan Target Minyak di Tengah Melemahnya Ekonomi dan Sanksi Rusia
Abramov pernah terlihat berfoto bersama Vladimir Putin dan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, pada upacara penghargaan.
Frolov, yang menurut pemerintah memiliki kekayaan £1,7 miliar, adalah mantan direktur dan mantan kepala eksekutif Evraz.
Dua oligarki ini dikatakan memiliki investasi properti Inggris senilai sekitar £100 juta, menurut dokumen yang dilihat oleh Guardian pada bulan April.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)