TRIBUNNEWS.COM - Kapal perang Angkatan Laut Kerajaan Thailand, HTMS Sukhothai tenggelam di Teluk Thailand karena cuaca buruk, Senin (19/12/2022) pagi.
Seluruh kru kapal yang berjumlah 106 orang telah berhasil diselamatkan, Selasa (20/12/2022).
Tiga kru kapal yang diselamatkan berada dalam kondisi kritis.
Dalam laman Twitter-nya, @prroyalthainavy, Angkatan Laut Thailand membagikan kondisi terkini dari para korban.
Kapal penyelamat HTMS Kraburi berlabuh di Dermaga Prachuap, Distrik Bang Saphan, Provinsi Prachuap, Senin (19/12/2022) pukul 20.45 waktu setempat.
Dari rombongan tersebut, Letnan Kolonel Natee Timdee ditemukan pagi hari, Senin (19/12/2022) terbaring tak sadarkan diri di tengah laut.
Baca juga: Sejumlah Kategori Tiket Timnas Indonesia Lawan Kamboja & Thailand di Piala AFF 2022 Ludes Terjual
Ia mendapat pertolongan pertama hingga selamat oleh tim dokter dan dikirim untuk perawatan di Rumah Sakit Bang Saphan.
Angkatan Laut Thailand akan melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait tragedi ini.
"Ini hampir tidak pernah terjadi dalam sejarah pasukan kami, terutama pada kapal yang masih aktif digunakan," kata juru bicara Laksamana Pogkrong Monthardpalin kepada BBC Internasional.
Kondisi korban selamat
Beberapa personel Angkatan Laut Thailand yang ikut dalam penyelamatan membagikan rekaman para kru kapal yang selamat.
Dalam rekaman yang dibagikan di Twitter, terlihat kru yang selamat mengenakan selimut dan menerima perawatan setelah mereka diselamatkan.
Beberapa kru sedang diterbangkan ke rumah sakit.
Gambar lain menunjukkan para pelaut dari Sukhothai dengan rakit penyelamat, setelah melompat dari kapal yang tenggelam.
Seorang kru korban tenggelamnya HTMS Sukothai yang tidak disebutkan namanya mengatakan dia telah berada di dalam air selama beberapa jam sebelum diselamatkan.
"Gelombangnya cukup tinggi, sekitar tiga meter saat kapal tenggelam," katanya.
"Saya memakai jaket pelampung dan melompat. Saya berenang selama tiga jam."
Baca juga: Kapal Angkatan Laut Thailand HTMS Sukhothai Tenggelam, Angkut 106 Orang
Kronologi Kapal HTMS Sukhothai tenggelam
Sebelum tenggelam, kapal HTMS Sukhothai menghadapi gelombang laut yang kuat pada Minggu (18/12/2022) sekira pukul 23.30 waktu Thailand.
Kapal tersebut sedang berpatroli 32 km (20 mil) timur Bang Saphan, di provinsi Prachuap Khiri Khan.
Mereka terjebak dalam badai pada hari Minggu.
Sehingga, kapal miring ke kanan dan kemasukan air.
Akibatnya, terjadi pemadaman listrik karena korsleting pada sistem kelistrikan kapal.
Pemadaman listrik di kapal sepanjang 252 kaki (76,8 meter) ini, menyebabkan sistem tenaga utama kapal gagal.
Sehingga, membuat awak kapal tidak dapat bermanuver atau memompa keluar air laut yang masuk ke lambungnya.
Selama lebih dari tiga jam, upaya untuk mentransfer pompa ke Sukhothai dari kapal angkatan laut lain yang menanggapi insiden itu gagal.
"Pada pukul 00.12 pagi hari Senin (19/12/2022), Sukhothai naik lebih jauh dan kemudian tenggelam," kata pihak berwenang Thailand.
Baca juga: Kobarkan Psywar, Pelatih Timnas Thailand Optimis Skuad Gajah Putih Raih Juara Piala AFF 2022
Penyelamatan
Cuaca buruk di Teluk Thailand, sekitar 20 mil (32 kilometer) dari Distrik Bang Saphan, provinsi Prachuap Khiri Khan, berlanjut hingga Senin pagi.
Hal ini menghambat upaya pencarian awak yang hilang.
Setelah mengetahui tenggelamnya kapal HTMS Sukothai, kapal penyelamat cadangan berusaha menemukan korban selamat di perairan berombak.
Tiga kapal angkatan laut dan helikopter dikirim untuk membantu.
Namun hanya kapal perang HTMS Kraburi yang mencapai kapal tersebut sebelum tenggelam.
Seluruh kru dinyatakan selamat, dengan tiga kru dilaporkan dalam kondisi kritis.
Kapal HTMS Sukhothai
Kapal HTMS Sukhothai seberat 960 ton dibangun di Amerika Serikat dan ditugaskan ke angkatan laut Thailand pada tahun 1987.
Seorang pensiunan kapten Angkatan Laut AS, Carl Schuster mengatakan awak Thailand menghadapi situasi yang sulit di kapal tua itu.
“Begitu Anda kehilangan tenaga, Anda berada dalam kegelapan dan melakukan segalanya dengan pompa dan ember diesel portabel,” katanya, dikutip dari CNN Internasional.
“Untuk kapal kecil, (hampir) berusia 40 tahun di laut yang deras, kemungkinan besar tidak akan berhasil dalam kasus itu.”
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)