Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Perusahaan biro perjalanan online Trip.com Group mengungkapkan penduduk China bergegas merencanakan perjalanan ke luar negeri untuk Tahun Baru Imlek pada akhir Januari 2023, setelah Beijing berencana membuka kembali perbatasannya.
Dalam waktu setengah jam setelah perubahan kebijakan China diumumkan, pencarian perjalanan ke luar negeri melonjak ke level tertinggi dalam tiga tahun, menurut Trip.com Group.
Melansir dari CNBC, Jepang, Thailand, Korea Selatan, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, Australia, dan Inggris masuk ke dalam daftar 10 tujuan teratas perjalanan luar negeri warga China, kata perusahan biro perjalanan online itu.
Baca juga: Resmi Dicabut, Melancong ke China Kini Tak Perlu Lagi Jalani Karantina
Makau dan Hong Kong juga masuk ke dalam daftar tersebut, sementara negara-negara di benua Eropa terlihat tidak ada di dalam daftar 10 tujuan teratas perjalanan luar negeri warga China.
Komisi Kesehatan Nasional China mengumumkan pada Senin (26/12/2022) malam bahwa mulai 8 Januari 2023, pelancong yang masuk ke negara itu tidak perlu lagi dikarantina setibanya di China, mengakhiri kebijakan yang berjalan sekitar tiga tahun.
Pihak berwenang China juga mengatakan mereka akan mengizinkan warga China untuk "melanjutkan perjalanan", tanpa memberikan rincian mengenai waktu atau proses perjalanan yang dimaksud.
Selama pandemi Covid-19, pemerintah China mencegah warganya mendapatkan paspor atau meninggalkan negara itu kecuali mereka memiliki alasan yang jelas, seperti untuk kepentingan bisnis atau pekerjaan yang mendesak.
Tahun Baru Imlek, juga dikenal sebagai Festival Musim Semi, adalah salah satu hari libur terbesar di Tiongkok. Pada tahun depan, liburan Tahun Baru Imlek akan berlangsung dari 21 hingga 27 Januari.
Sementara itu, para pakar kesehatan telah memperingatkan, ketika orang-orang di kota-kota besar China kembali ke kampung halaman mereka untuk merayakan Tahun Baru Imlek pada bulan depan, virus corona dapat menyebar ke daerah pedesaan di China, di mana tingkat vaksinasi masih rendah dan sumber daya medis yang kurang.