TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, meminta Ukraina mengakui empat wilayah yang dianeksasi Rusia.
Sergei Lavrov mengancam Ukraina bahwa tentara Rusia akan memutuskan masalah ini.
"Usulan kami untuk demiliterisasi dan denazifikasi wilayah yang dikendalikan oleh rezim, penghapusan ancaman terhadap keamanan Rusia yang berasal dari sana, termasuk tanah baru kami, sudah diketahui musuh," kata Sergei Lavrov, Senin (26/12/2022), dikutip dari Reuters.
Ia menegaskan agar Ukraina menuruti permintaan Rusia.
"Intinya sederhana, penuhi proposal itu untuk kebaikanmu sendiri. Jika tidak, masalah ini akan diputuskan oleh tentara Rusia."
"Mengenai durasi konflik, bola sekarang ada di tangan AS dan rezimnya. Mereka dapat menghentikan perlawanan sia-sia ini kapan saja."
Baca juga: Rusia Bunuh 4 Penyabot dari Ukraina, Kremlin Siapkan RUU untuk Hukum Tindakan Sabotase
Ukraina menolak proposal Rusia
Sementara itu, Ukraina telah mengesampingkan penyerahan tanah apa pun ke Rusia dengan imbalan perdamaian.
Ukraina secara terbuka menuntut Rusia melepaskan semua wilayah.
Namun, Rusia bersikeras mereka sedang melakukan "demilitarisasi" dan "denazifikasi" di Ukraina, seperti diberitakan CNN Internasional.
Sebelumnya, Rusia telah merebut empat wilayah dari Ukraina, yaitu Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia, dan Kherson.
Pada akhir September 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan referendum keempat wilayah itu, yang ditolak oleh Ukraina dan sekutunya.
Namun, Vladimir Putin sempat mengatakan kondisi di keempat wilayah tersebut sedang sulit.
Kemunduran Rusia di Ukraina selama beberapa bulan ini telah memberi kesempatan bagi Ukraina untuk merebut Kherson.
Putin sindir konflik di Ukraina di KTT Persemakmuran Bekas Uni Soviet
Baca juga: Rusia Tambahkan Jurnalis Investigasi Bulgaria Christo Grozev ke Dalam Daftar Buronan
Presiden Rusia Vladimir Putin menjamu para pemimpin negara-negara bekas Soviet lainnya di St Petersburg, Senin (26/12/2022), dikutip dari Indian Express.
Agenda itu merupakan pertemuan puncak kelompok Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (The Commonwealth of Independent States atau CIS), yang telah lama dihentikan oleh Ukraina.
Dalam pernyataan yang disiarkan televisi, Vladimir Putin tidak merujuk langsung pada perang Rusia dan Ukrain.
Putin hanya mengatakan ancaman terhadap keamanan dan stabilitas kawasan Eurasia meningkat.
“Sayangnya, tantangan dan ancaman di kawasan ini, terutama dari luar, hanya tumbuh setiap tahunnya,” kata Putin.
“Kami juga harus mengakui, sayangnya, ketidaksepakatan juga muncul di antara negara-negara anggota persemakmuran.”
Invasi ke Ukraina telah menjadi ujian otoritas lama Rusia di antara negara-negara bekas Soviet lainnya.
Pertempuran telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir antara anggota CIS Armenia dan Azerbaijan dalam konflik di mana Rusia telah mengirim penjaga perdamaian.
Sementara sengketa perbatasan antara Kyrgyzstan dan Tajikistan telah berkobar.
Putin mengatakan ketidaksepakatan seperti itu harus diselesaikan melalui bantuan bersama dan tindakan mediasi.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina