Ia menambahkan bahwa sekitar setengah dari penerimaan darurat adalah orang yang rentan berusia di atas 65 tahun.
Baca juga: Cegah Penyebaran Covid-19, Belgia akan Uji Air Limbah Pesawat dari China
Di Rumah Sakit Tongren di pusat kota Shanghai, wartawan AFP melihat pasien menerima perawatan medis darurat di luar pintu masuk fasilitas yang penuh sesak pada hari Selasa (3/1/2022).
Para pejabat China bersiap menghadapi gelombang Covid-19 yang akan melanda China yang kekurangan SDM.
Jutaan orang bersiap untuk melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman mereka untuk liburan Tahun Baru Imlek selama seminggu mulai 21 Januari.
Dalam sebuah wawancara dengan outlet negara CCTV pada hari Senin, pejabat Komisi Kesehatan Nasional Jiao Yahui mengakui bahwa menghadapi puncak yang diprediksi di daerah pedesaan akan menjadi "tantangan besar".
“Apa yang paling kami khawatirkan adalah dalam tiga tahun terakhir tidak ada yang kembali ke rumah untuk Tahun Baru Imlek, tetapi mereka akhirnya bisa tahun ini,” kata Jiao.
"Akibatnya, mungkin ada gelombang pembalasan penduduk perkotaan ke pedesaan untuk mengunjungi kerabat mereka, jadi kami lebih khawatir tentang epidemi pedesaan."
Jiao juga mengakui tekanan pada unit gawat darurat rumah sakit.
Ia berjanji bahwa pihak berwenang akan mengoordinasikan sumber daya medis untuk memastikan perawatan pasien di daerah yang kekurangan dana.
Baca juga: Varian Covid-19 yang Ditemukan di China Telah Terdeteksi di Malaysia
Sementara itu, belasan negara telah memberlakukan pengujian Covid-19 pada penumpang dari China setelah Beijing mengumumkan perbatasannya akan dibuka kembali mulai 8 Januari.
Negara-negara termasuk Amerika Serikat juga menyinggung kurangnya transparansi Beijing seputar data infeksi Covid-19 dan risiko varian baru sebagai alasan untuk membatasi pelancong untuk masuk.
China hanya mencatat 22 kematian akibat Covid-19 sejak Desember.
China juga mempersempit kriteria untuk mengklasifikasikan kematian tersebut di awal bulan.
Tetapi Jiao mengatakan kepada wartawan Kamis lalu bahwa China selalu menerbitkan data "tentang kematian Covid-19 dan kasus parah dengan keterbukaan dan transparansi."
“China selalu berkomitmen pada kriteria ilmiah untuk menilai kematian akibat Covid-19, dari awal hingga akhir, yang sejalan dengan kriteria internasional,” ujarnya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)