TRIBUNNEWS.COM - Terduga jihadis menculik sekitar 50 wanita di Burkina Faso utara, kata pejabat dan penduduk setempat.
Seperti diketahui, Burkina Faso merupakan wilayah yang dilanda pemberontakan.
Sebuah sumber tanpa menyebut namanya menuturkan, sekitar 40 orang ditangkap sekitar 12 kilometer dari tenggara Arbinda pada Kamis (12/1/2023).
Lalu pada Jumat (13/1/2023), sekitar 20 lainnya diculik dan dibawa ke arah utara kota.
Dikutip The Guardian, beberapa orang berhasil melarikan diri dan kembali ke desa untuk membunyikan peringatan.
"Para wanita berkumpul untuk pergi dan mengumpulkan daun serta buah-buahan liar di semak-semak karena tidak ada yang tersisa untuk dimakan," ungkap seorang warga, seperti dikutip BBC.
Warga tersebut menambahkan bahwa wanita-wanita itu bepergian dengan gerobak pada Kamis (12/1/2023).
Baca juga: Kepala HAM PBB Desak Penyelidikan setelah 28 Orang Tewas di Burkina Faso
"Pada Kamis malam, ketika mereka tidak kembali, kami mengira gerobak mereka bermasalah," papar warga lainnya.
"Tapi tiga orang yang selamat, kembali untuk memberi tahu kami tentang apa yang terjadi," jelasnya.
20 wanita lain tak mengetahui tentang penculikan pertama
Orang yang sama menuturkan sekitar 20 wanita, yang tidak tahu tentang penculikan pertama, kemudian dibawa keesokan harinya ke arah utara Arbinda yang berjarak 8 kilometer.
“Di kedua kelompok tersebut, beberapa perempuan berhasil melarikan diri dan kembali ke desa dengan berjalan kaki,” tambah warga tersebut.
"Kami yakin para penculik membawa mereka ke markas mereka."
Menurut pejabat lokal yang mengkonfirmasi penculikan tersebut, tentara dan pembantu sipilnya telah melakukan penyisiran yang gagal di daerah tersebut.
Baca juga: Presiden Burkina Faso Mengundurkan Diri setelah Kudeta, Ajukan 7 Syarat
Negara termiskin yang dilanda konflik
Sejak 2015, negara Afrika Barat - salah satu negara termiskin dan paling rentang di dunia - telah bergulat dengan pemberontakan yang dipimpin oleh jihadis yang berafiliasi dengan Al Qaeda dan kelompok Negara Islam.
Konflik telah menewaskan puluhan ribu orang.
Sekitar dua juga orang juga terpaksa mengungsi karena situasi tersebut.
Arbinda berada di wilayah Sahel di Burkina Faso utara, sebuah wilayah yang diblokade oleh kelompok-kelompok jihadis dan persediaan makanan terbatas.
Kota dan sekitarnya secara teratur dilanda serangan jihadis yang sering menargetkan warga sipil.
Baca juga: Salah Jatuh Usai Tabrakan di Udara pada Laga Burkina Faso Vs Senegal, Kiper Herve Koffi Ditandu
Situasi serupa
Pada Agustus 2021, 80 orang, termasuk 65 warga sipil, tewas dalam serangan terhadap konvoi yang membawa mereka ke Arbinda.
Pada Desember 2019, 35 warga sipil termasuk di antara 42 orang yang tewas dalam serangan di kota itu sendiri.
Di banyak bagian Burkina, tanaman dapat ditanam lebih lama karena konflik.
Penduduk Arbinda sangat bergantung pada pasokan makanan dari luar.
Pada November 2022, Idrissa Badini, juru bicara masyarakat sipil, mengkhawatirkan situasi di Arbinda.
Baca juga: Burkina Faso vs Senegal: Selangkah Lagi Sadio Mane Wujudkan Mimpi, Bertemu Mohamed Salah di Final
“Penduduk, yang telah menghabiskan cadangannya, berada di ambang bencana kemanusiaan,” katanya.
PBB mengatakan hampir 1 juta orang tinggal di daerah yang diblokade di utara dan timur.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)