Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, GENEVA – UNICEF menyatakan sekitar 4 juta anak yang tinggal di wilayah rawan banjir di Pakistan sedang berjuang untuk bertahan hidup.
Dilansir dari VoA News, badan PBB yang mengurusi dana untuk anak-anak tersebut menyatakan, sekitar 1,6 juta anak telah menderita kekurangan gizi akut yang parah dan 6 juta lainnya terhambat pertumbuhannya sebelum bencana banjir melanda Pakistan tahun lalu.
Perwakilan UNICEF di Pakistan, Abdullah Fadil, Selasa (17/1/2023) mengatakan situasinya kemungkinan telah memburuk sejak saat itu, membuat banyak anak berisiko meninggal.
Dia mengatakan saat ini sekitar 4 juta anak di Pakistan tengah menghadapi musim dingin tanpa memiliki pakaian hangat sebagai pelindung.
Anak-anak yang tinggal di wilayah rawan banjir berisiko terkena penyakit mematikan seperti malaria dan kolera.
“Kami awalnya khawatir malaria menjadi penyebab kematian terbesar karena genangan air,” kata Fadil.
“Karena kami dapat menyediakan kelambu dan obat malaria, krisis dapat dihindari. Kami memperkirakan angka kematian menjadi sekitar tiga kali lebih tinggi dari pada waktu normal,” tambahnya.
Fadil mengatakan UNICEF juga membantu mencegah wabah kolera dengan menyediakan air bersih dan pengobatan.
Baca juga: Pakistan Krisis Ekonomi, Mal dan Toko Kini Tutup Lebih Awal
Selain kesehatan, pendidikan menjadi perhatian utama UNICEF. Ia mencatat 24.000 sekolah tersapu banjir di tahun lalu.
“Kami telah mendirikan hampir 1.000 pusat pembelajaran sementara di mana kami memiliki sekitar 90.000 anak, sepertiga di antaranya sebenarnya adalah siswa baru,” ujar Fadil.
“Pakistan memiliki sekitar 23 juta anak yang sudah putus sekolah. Kami perkirakan karena banjir, tambahan 2 juta orang akan keluar dan tidak bersekolah,” imbuhnya.
Baca juga: Pakistan Sepakat Impor 300.000 Ton Gandum Rusia
Terlepas dari situasi yang sedang berlangsung, Fadil mengatakan bahwa UNICEF telah menerima kurang dari setengah dari 173 juta dolar AS yang dibutuhkan untuk membantu jutaan anak pulih dari bencana banjir.
“Masyarakat yang rentan membutuhkan akses yang dapat diandalkan ke perawatan kesehatan, gizi, pendidikan, perlindungan dan layanan penting lainnya,” pungkasnya.