Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BANGKOK - Kualitas udara di Bangkok, Thailand telah mencapai tingkat yang tidak sehat dengan penduduk di ibu kota dan provinsi terdekat disarankan untuk menghindari atau mengurangi aktivitas di luar ruangan pada Jumat dan Sabtu ini.
Pernyataan tersebut disampaikan Administrasi Metropolitan Bangkok (BMA) pada Kamis kemarin.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (27/1/2023), dalam sebuah pernyataan di laman Facebook-nya, Departemen Lingkungan BMA mengatakan tingkat polutan udara PM2.5 yang tidak sehat diperkirakan akan terjadi pada hari-hari tersebut.
"Masyarakat diimbau untuk merencanakan pekerjaan dan aktivitasnya. Khususnya di daerah yang kualitas udaranya mencapai level yang dapat berdampak pada kesehatan, disarankan untuk mengurangi atau menghindari aktivitas di luar ruangan," kata departemen tersebut.
Jika perlu melakukan aktivitas di luar ruangan, maka penting untuk mengenakan masker.
Menurut BMA, tingkat PM2.5 yang tidak sehat juga diperkirakan terjadi di Bangkok dan wilayah sekitarnya pada 31 Januari dan 1 Februari mendatang, karena kondisi cuaca yang stagnan.
Baca juga: Polusi Udara Kian Mengkhawatirkan, Warga Bangkok Diminta untuk WFH
Perlu diketahui, PM2.5 adalah salah satu bentuk polusi udara paling mematikan, ini merupakan partikel kecil dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer atau sekitar 3 persen diameter rambut manusia.
Ini mengindikasikan bahwa partikel ini dapat menembus jauh ke dalam paru-paru dan akan bertahan dalam waktu lama atau masuk ke aliran darah tanpa filter.
Paparan jangka panjang terhadap partikel-partikel ini dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular, pernafasan serta kanker.
Penasihat Lingkungan Gubernur Bangkok Pornprom Vikitsreth mengatakan bahwa tahun ini, BMA telah mengintegrasikan strategi yang lebih proaktif untuk mengatasi masalah polusi udara.
"Masyarakat didorong untuk lebih sering menggunakan angkutan umum, terutama saat tingkat PM2.5 berbahaya. Kami memiliki jaringan dengan sektor swasta dan kami telah meminta mereka untuk bergabung dalam kampanye bekerja dari rumah (Work from Home). Sejauh ini, 11 perusahaan telah berpartisipasi," kata Pornprom dalam konferensi pers pada Rabu lalu.
Menurut Direktur Biro Manajemen Kualitas Udara dan Kebisingan di Departemen Pengendalian Polusi, Pansak Thiramongkol, PM2.5 merupakan masalah berulang di Thailand dan biasanya terjadi pada musim dingin.
"Masalahnya akan tetap bersama kami sampai April mendatang. Prakiraan meteorologi kita tahun ini menunjukkan bahwa kekeringan akan lebih parah dari tahun sebelumnya, dan ini merupakan faktor yang dapat memperburuk situasi PM2.5, periode terburuk berdasarkan apa yang kami pantau adalah pada Februari," tegas Pornprom.
Baca juga: Kepala BNPB Siapkan Strategi Darat-Udara untuk Antisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan