TRIBUNNEWS.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan korban tewas akibat gempa kuat di tenggara Turki dekat perbatasan Suriah yang terjadi pada Senin, 6 Januari 2023 bisa meningkat delapan kali lipat.
Pejabat darurat senior WHO untuk Eropa, Catherine Smallwood mengatakan meningkatnya jumlah korban akibat gempa di Turki sebanyak delapan kali lipat dikarenakan banyaknya korban yang tertimpa reruntuhan.
“Kami selalu melihat hal yang sama dengan gempa bumi, sayangnya, laporan awal jumlah orang yang meninggal atau terluka akan meningkat cukup signifikan pada minggu berikutnya,” jelas Catherin Smallwood, dikutip dari BBC.
Catherin Smallwood menambahkan kondisi bersalju akan membuat banyak orang kehilangan tempat berlindung sehingga menambah bahaya.
Jumlah Korban Capai Lebih dari 3.830 Orang
Mengutip CNN, korban tewas akibat gempa yang terjadi di Turki dan Suriah lebih dari 3.830 orang.
Baca juga: KBRI Turki Sebut Hotline Hanya Fokus Tangani WNI yang Terdampak Langsung Gempa
Menurut Badan Penanggulangan Bencana dan Darurat Turki (AFAD), sebanyak 2.379 orang tewas dan beberapa ribu lainnya terluka di Turki.
Sementara jumlah bangunan yang runtuh di Turki sebanyak 5.606.
Menurut kantor berita negara Suriah SANA, setidaknya 1.136 korban tewas di Suriah.
Dari 1.136 korban tewas di Surihah, terdiri dari 711 orang tewas di seluruh wilayah yang dikuasai pemerintah, sebagian besar di wilayah Aleppo, Hama, Latakia, dan Tartus.
Kelompok "Helm Putih", yang secara resmi dikenal sebagai Pertahanan Sipil Suriah, melaporkan 740 kematian di daerah yang dikuasai oposisi.
Sebagian besar Suriah barat laut, yang berbatasan dengan Turki, dikendalikan oleh pasukan anti-pemerintah di tengah perang saudara yang dimulai pada 2011.
Gempa Terjadi 2 Kali di Turki dan Suriah
Seismolog mengatakan gempa pertama adalah salah satu yang terbesar yang pernah tercatat di Turki.