News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gempa di Turki

Update Gempa Turki dan Suriah: Korban Meninggal Mencapai 15.000 Jiwa

Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tim penyelamat mencari korban selamat melalui puing-puing bangunan yang runtuh di Adana, pada 6 Februari 2023 setelah gempa berkekuatan 7,8 melanda tenggara negara itu. - Jumlah korban tewas gabungan telah meningkat menjadi lebih dari 1.900 untuk Turki dan Suriah setelah gempa terkuat di kawasan itu dalam hampir satu abad. Layanan darurat Turki mengatakan sedikitnya 1.121 orang tewas dalam gempa tersebut, dengan 783 kematian dikonfirmasi di Suriah. (Photo by Can EROK / AFP)

TRIBUNNEWS.COM - Korban meninggal akibat gempa Turki dan Suriah yang terjadi pada Senin, 6 Februari 2023, lalu telah mencapai 15.000 jiwa.

Mengutip dari Aljazeera, 15.000 korban meninggal, terdiri dari 12.291 jiwa yang meninggal di Turki dan 2.992 korban meninggal di Suriah.

Namun penduduk Turki Tenggara dan Barat Laut Suriah menyayangkan atas upaya penyeleamatan korban yang lamban.

Tanggapan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

Mengutip dari The New York Times, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengunjungi daerah dekat pusat gempa, di Kahramanmaras.

Presiden Erdogan berkunjung ke Kahramanmaras pada Rabu (8/2/2023), kemarin.

Baca juga: Uni Eropa Berpacu dengan Waktu Selamatkan Nyawa Korban Gempa Turki-Suriah

Saat mendatangi pusat gempa, Presiden Erdogan menjelaskan kepada masyarakat bahwa Pemerintah telah banyak membantu.

Ia juga meminta kepada masyarakat untuk bersabar.

Namun, Pemimpin partai oposisi utama Turki, Kemal Kilicdaroglu tidak setuju dengan pernyataan dari Erdogan.

"Jika ada satu orang yang bertanggung jawab untuk ini, itu adalah Erdogan," katanya, dikutop dari BBC.

Tuduhan tersebut, dibantah oleh Presiden Erdogan.

Ia mengatakan persatuan diperlukan setelah terjadinya bencana.

"Dalam periode seperti ini, saya tidak bisa membiarkan orang melakukan kampanye negatif untuk kepentingan politik," katanya kepada wartawan di Hatay.

Sebagai informasi, gempa menguncang Turki dan Suriah dengan kekuatan 7,8 SR pada Senin (6/2/2023), lalu.

Selain itu, adanya gempa susulan berkuatan cukup besar yaitu 7,5 SR juga terjadi setelah sembilan jam gempa awal.

Pemandangan dari udara ini menunjukkan penduduk mencari korban dan penyintas di tengah puing-puing bangunan yang runtuh setelah gempa bumi di desa Besnia dekat Harim, di provinsi Idlib barat laut yang dikuasai pemberontak Suriah di perbatasan dengan Turki, pada 6 Februari 2022. - Ratusan orang dilaporkan tewas di Suriah utara setelah gempa berkekuatan 7,8 yang berasal dari Turki dan dirasakan di seluruh negara tetangga. (Photo by Omar HAJ KADOUR / AFP) (AFP/OMAR HAJ KADOUR)

Upaya Bantuan Diperumit di Dekat Suriah

Di dekat Suriah, upaya bantuan diperumit karena adanya konflik bertahun-tahun yang telah menghancurkan infrastruktur negara.

Gempa yang terjadi dan menyebabkan jalan rusak parah, membuat persimpangan Bab al-Hawa antara Turki dan Suriah telah ditutup.

Sementara seorang pejabat senior PBB mengatakan jalan itu akan segera dapat diakses.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menegaskan bahwa negara itu sedang bekerja untuk membuka dua gerbang perbatasan lagi untuk membantu mendapatkan bantuan ke negara itu.

“Ada beberapa kesulitan dalam hal bantuan Turki dan masyarakat internasional (mencapai Suriah),"

"Untuk alasan ini, upaya dilakukan untuk membuka dua gerbang perbatasan lagi,” katanya.

Sementara itu, Uni Eropa telah mengirimkan bantuan ke Suriah sebesar 3,5 juta Euro atau sekitar Rp 56 miliar.

Namun mereka mengatakan, bantuan tersebut harus dikirim ke daerah yang dikuasai pemerintah dan pemberontak.

Kemudian seorang penasihat Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan karena sanksi dari Eropa dan Amerika, Suriah tidak dapat menerima bantuan yang dibutuhkan.

"Kami tidak memiliki cukup buldoser, kami tidak memiliki derek yang cukup, kami tidak memiliki cukup minyak karena sanksi Eropa dan Amerika," kata Bouthaina Shabban.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Artikel Lain Terkait Gempa di Turki

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini