TRIBUNNEWS.COM - Seorang pengungsi Suriah mengungkapkan kesedihannya setelah kehilangan 25 kerabatnya dalam gempa bumi mematikan yang menghancurkan sebagian besar wilayah Suriah dan Turki, Senin (6/2/2023).
Dilansir Independent, Ahmed Idris mengatakan ia dan seluruh keluarganya meninggalkan rumahnya pada tahun 2012 untuk mencari perlindungan di Kota Saraqib, barat laut Suriah.
Tetapi di tahun yang sama, Kota Saraqib juga jatuh ke tangan pasukan pemberontak.
Amhad Idris mengatakan nasib mengejar mereka.
Mayoritas keluarganya tewas ketika gempa dengan magnitudo 7,8 itu terjadi.
Mengunjungi kamar mayat darurat pada hari Selasa, Idris terlihat berjalan di antara jasad orang-orang yang dicintainya sambil menggenggam cucunya yang telah meninggal.
Baca juga: Kemenag Imbau Umat Islam Gelar Salat Gaib untuk Korban Gempa Turki setelah Jumatan, Ini Tata Caranya
Berbicara tentang rasa sakitnya, Idris mengatakan terlepas dari semua yang telah terjadi dalam hidupnya, dia "tidak pernah berpikir hal seperti ini bisa terjadi".
Meskipun dia belum mengetahui apakah ada keluarga besarnya yang selamat, setidaknya 25 orang telah dipastikan tewas.
Idris berkata: “Saya kehilangan putri saya, dua putranya."
“Maksud saya cucu-cucu saya."
"Keluarga ayah mertua putri saya, ibu mertua putri saya dan putra-putranya."
"Salah satunya memiliki anak, keluarga besar, dan beberapa putra juga."
"Totalnya sekitar 25 orang.”
Baca juga: Viral Anak Perempuan Lindungi Adiknya dari Reruntuhan Gempa Turki-Suriah, Memohon Diselamatkan
Saat melarikan diri dari perang dan mengungsi, Idris berkata:
“Lihatlah ketidakadilan yang mengejar kami, dan apa yang terjadi pada kami."
“Kami datang ke sini atas dasar mencari tempat berlindung yang aman bagi kami dan anak-anak kami."
"Tapi pada akhirnya, lihat bagaimana takdir telah menangkap kami di sini."
Gempa Senin lalu dilaporkan sebagai gempa terburuk yang pernah terjadi dalam hampir satu abad.
Gempa juga menelantarkan ratusan ribu orang yang sekarang berisiko meninggal karena kelaparan dan kurangnya tempat berlindung dari suhu di bawah nol, ujar Organisasi Kesehatan Dunia.
Hingga kini, korban tewas sudah mencapai 21.000 jiwa.
Pihak berwenang telah memperingatkan jumlah korban tewas akan terus meningkat karena tim penyelamat, terhambat oleh kurangnya keahlian dan persediaan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Simak artikel terkait Gempa di Turki lainnya