TRIBUNNEWS.COM - Turki dan Suriah mengonfirmasi kematian akibat gempa mematikan pada Senin (6/2/2023) telah mencapai 23.700 orang.
Dilansir Al Jazeera, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan selama kunjungan ke Provinsi Adiyaman pada Jumat (10/2/2023) mengakui bahwa tanggapan pemerintah bisa lebih baik.
“Meskipun kami memiliki tim pencarian dan penyelamatan terbesar di dunia saat ini, kenyataannya upaya pencarian tidak secepat yang kami inginkan,” katanya.
Resul Serdar dari Al Jazeera mengatakan, tim penyelamat telah khawatir karena harapan untuk menemukan korban yang selamat meredup setiap jam.
Harapan di bawah reruntuhan
Tim penyelamat, termasuk tim dari puluhan negara bekerja siang dan malam di reruntuhan bangunan untuk menemukan korban selamat yang terjebak di reruntuhan.
Baca juga: Pemerintah Jepang Bantu Korban Gempa di Suriah dan Kirim Tim Medis ke Lokasi Gempa Turki
Kepala Yayasan Bantuan Kemanusiaan Turki, Bulent Yildirim, pergi ke Suriah untuk melihat dampaknya di sana.
“Seolah-olah sebuah rudal telah dijatuhkan di setiap gedung,” katanya.
Penyelamatan wanita yang bertahan 104 jam
Tim penyelamat berhasil mengeluarkan seorang wanita dalam keadaan hidup dari puing-puing bangunan yang runtuh di Turki pada Jumat (10/2/2023).
Wanita tersebut berhasil diselamatkan setelah 104 jam terkubur oleh reruntuhan bangunan akibat gempa besar yang mengguncang Turki dan Suriah pada Senin (6/2/2023).
"Sekarang saya percaya pada keajaiban," kata pemimpin tim penyelamat, Steven Bayer, seperti yang dikutip dari Reuters.
Tim penyelamat mengangkat wanita yang bernama Zeynep Kahraman (40) dengan tandu melewati balok beton yang hancur di Kota Kirikhan, Turki.
Baca juga: 104 Jam Terjebak, Seorang Wanita Berhasil Diselamatkan dari Reruntuhan Puing Akibat Gempa Turki
24,4 juta orang terkena dampak gempa