TRIBUNNEWS.COM - Pendiri kelompok Wagner Rusia, Yevgeny Prigozhin, mengatakan pasukannya telah merebut desa Krasna Hora.
Desa ini terletak di tepi utara kota Bakhmut yang diperangi di wilayah Donetsk, Ukraina.
Yevgeny Prigozhin juga menerbitkan video pendek.
Video itu menunjukkan para pejuang Wagner di sebelah tanda masuk desa.
Sementara itu, Thinktank AS Institute for the Study of War (ISW) mengatakan rekaman geolokasi menunjukkan pasukan Rusia telah merebut setidaknya sebagian dari desa Krasna Hora.
Pasukan Ukraina kemungkinan telah mundur dari desa itu, menurut laporan intelijen terbarunya, dikutip dari The Guardian.
Baca juga: Dibayangi Sanksi Rusia, Harga Minyak Dunia Pekan Ini Melonjak 8 Persen
Pertempuran di Garis Depan Donetsk
Pertahanan Ukraina bertahan di sepanjang garis depan di Donetsk, dengan pertempuran paling sengit berkecamuk di kota Vuhledar dan Maryinka, kata komandan militer Kyiv pada Sabtu (11/2/2023).
Panglima angkatan bersenjata Ukraina, Valerii Zaluzhnyi mengatakan Rusia melakukan 50 serangan sehari di wilayah Donetsk timur Ukraina.
Serangan di Wilayah Bakhmut
Rusia telah mencatat rekor untuk menembaki, menggempur Ukraina dengan tembakan artileri di timur, Minggu (12/2/2023).
"Selama berhari-hari berturut-turut, musuh mencetak rekor memukul Ukraina dengan tembakan artileri ke arah Lyman dan di wilayah Luhansk," kata Serhii Cherevatyi dari Kelompok Angkatan Bersenjata Ukraina Timur.
"Dalam 24 jam terakhir ada 424 penembakan oleh berbagai jenis artileri dan 23 pertempuran," tambahnya, dikutip dari CNN Internasional.
Menurut Cherevatyi, arah utama serangan musuh tetap di bagian Bakhmut di garis depan.
“Di sana, musuh menyerang 167 kali di seluruh bagian depan dengan berbagai jenis artileri berpeluncur roket, dan terjadi 41 bentrokan antar pasukan. Musuh kehilangan 212 prajurit dan akibatnya 315 prajurit terluka,” lanjutnya.
Di wilayah Bakhmut sendiri terjadi 48 penyerangan dan 19 bentrokan antar pasukan.
Dia menambahkan, pertempuran juga terjadi di wilayah Torske, Fedorivka, Ivanivske, dan Chasiv Yar.
Ketika ditanya apakah Rusia mencoba melemahkan pasukan Ukraina, Cherevatyi mengungkapkan keyakinannya keadaan yang sebaliknya.
"Pasukan pertahanan di timur Ukraina melemahkan musuh sehingga tidak dapat melakukan operasi ofensif skala besar," katanya.
Baca juga: Mantan Pasukan Wagner Rusia Ungkap Kengerian Perang di Timur Ukraina: Tidak Sesuai Perintah, Tembak
Bertambahnya Jumlah Pasukan Rusia yang Meninggal
Menurut pembaruan intelijen pertahanan terbaru dari Kementerian Pertahanan Inggris, pasukan Rusia mungkin mengalami peningkatan jumlah pasukan yang tewas selama dua minggu terakhir.
“Kurangnya personel terlatih, koordinasi, dan sumber daya di garis depan adalah salah satu faktor yang menyebabkan lonjakan tiba-tiba jumlah korban di Rusia," menurut laporan tersebut, dikutip dari The Guardian.
Rata-rata selama tujuh hari terakhir adalah 824 korban sehari.
Lebih dari empat kali angka yang dilaporkan selama Juni-Juli 2022.
Presiden Polandia Ragu soal Pasokan Jet Tempur
Presiden Polandia, Andrzej Duda, meragukan apakah Polandia akan dapat memasok jet tempur ke Ukraina.
Ia muncul di tayangan BBC hari Minggu (12/2/2023) bersama Laura Kuenssberg.
Andrzej Duda mengatakan pengiriman pesawat F-16 akan menjadi keputusan yang sangat serius dan tidak mudah diambil.
Baca juga: VIDEO EKSKLUSIF Kisah Pilu Warga Ukraina: Rudal Rusia Bisa Menghantam Kami Kapan Saja
Iran Selundupkan Drone ke Rusia
Iran menyelundupkan drone ke Rusia menggunakan kapal dan maskapai penerbangan negara, sumber telah mengungkapkan.
Setidaknya 18 jenis baru drone bersenjata jarak jauh dikirim ke angkatan laut Rusia.
Pengiriman ini terjadi setelah perwira dan teknisi Rusia melakukan kunjungan khusus ke Teheran pada bulan November 2022.
Saat kunjungan itu, mereka diperlihatkan berbagai teknologi Iran.
Mantan Perdana Menteri Italia Salahkan Zelensky
Mantan perdana menteri Italia, Silvio Berlusconi, kembali menyalahkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, atas perang dengan Rusia.
"Saya tidak akan pernah berbicara dengan Zelensky karena kita menyaksikan kehancuran negaranya dan pembantaian tentara dan warga sipilnya," kata Berlusconi kepada wartawan, Minggu (12/2/2023), dikutip dari The Guardian.
Dia menambahkan, jika Zelensky berhenti menyerang dua republik separatis Donbas, perang tidak akan terjadi.
“Jadi saya menilai, sangat, sangat negatif, perilaku pria ini," tambah Berlusconi.
Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, menanggapi dengan menggarisbawahi dukungan kuat pemerintahnya untuk Kyiv.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina