Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengerahkan para ahli ke Guinea Khatulistiwa pada awal pekan ini menyusul konfirmasi wabah virus Marburg yang terjadi kali pertama di negara itu.
Virus Marburg adalah demam berdarah yang jarang terjadi namun menunjukkan gejala parah mirip Ebola dan memiliki tingkat kematian hingga 88 persen.
"Sejauh ini, ada sembilan kematian dan 16 kasus yang dicurigai dengan gejala yang ditunjukkan diantaranya termasuk demam, kelelahan, muntah darah dan diare," kata WHO pada Senin lalu.
Investigasi lebih lanjut pun kini sedang berlangsung.
Baca juga: Eks Direktur WHO Minta Indonesia Waspadai Flu Burung, Bisa Jadi Pandemi Berikutnya
Tindakan cepat, pertemuan pakar
Dikutip dari laman resmi Perserikatan Bangsa-bangsa, news.un.org, Rabu (15/2/2023), Direktur Regional WHO untuk Afrika, Dr Matshidiso Moeti mengatakan Marburg merupakan virus yang sangat menular.
"Namun karena tindakan cepat dan tegas oleh otoritas Guinea Khatulistiwa dalam mengkonfirmasi penyakit tersebut, tanggap darurat dapat dilakukan secara cepat, sehingga kami menyelamatkan nyawa dan menghentikan virus sesegera mungkin," kata Dr Moeti.
WHO pada Selasa kemarin mengadakan pertemuan mendesak konsorsium vaksin virus Marburg (MARVAC) untuk membahas mengenai wabah tersebut.
MARVAC termasuk diantaranya para pemimpin di bidang penelitian dan pengembangan vaksin.
Mereka bekerja sama untuk mengembangkan vaksin melawan penyakit tersebut.
Sampel dikirim ke Senegal
Wabah itu dikonfirmasi menyusul kematian sembilan orang di Provinsi Kie Ntem, yang terletak di Guinea Khatulistiwa barat.
Menurut laporan media, kematian dilaporkan terjadi pada 7 Januari hingga 7 Februari lalu.