TRIBUNNEWS.COM - Setelah gempa besar mengguncang Suriah dan Turki, seorang wanita bernama Zeynep menghabiskan lebih dari 100 jam di bawah reruntuhan.
Ia menunggu petugas penyelamat untuk membebaskannya, DW melaporkan.
"Keadaan wanita itu baik-baik saja," ungkap siaran pers pada 10 Februari dari organisasi bantuan ISAR Jerman (Pencarian dan Penyelamatan Internasional), yang terlibat dalam penyelamatan.
Namun, tak lama setelah diselamatkan, Zeynep meninggal.
"Dia masih tertawa dalam perjalanan ke rumah sakit," kata dokter darurat Bastian Herbst.
Herbst adalah salah satu dokter ISAR yang membantu menyelamatkan Zeynep dari reruntuhan.
Baca juga: Perusahaan Jamu Ini Salurkan Bantuan Kemanusiaan Bagi Korban Gempa Turki Senilai 500 Juta Rupiah
"Mungkin ada 120.000 alasan mengapa wanita itu meninggal," kata Herbst.
"Mungkin dia mengalami luka dalam yang tidak dapat langsung dideteksi oleh penyelamat."
"Atau mungkin Zeynep meninggal dalam apa yang disebut 'rescue death'."
Kematian karena darah dingin
"Rescue death memiliki berbagai penyebab," kata Herbst.
Salah satunya adalah hipotermia.
Suhu dingin di area gempa membuat pembuluh darah orang yang terjebak di bawah reruntuhan menjadi menyempit.
Penyempitan ini membuat panas tubuh hilang ke lingkungan melalui kulit.
Baca juga: Korban Tewas Gempa di Turki Capai 41.000 Orang, WHO: Bencana Alam Terburuk Dalam 1 Abad Terakhir