Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Viatris, perusahaan farmasi Amerika Serikat (AS) yang memproduksi obat disfungsi ereksi Viagra, telah menangguhkan pengiriman pil ke Rusia.
Pernyataan ini disampaikan Kementerian Perdagangan Rusia pada Rabu kemarin.
Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (16/2/2023), pemilik merek Viagra memberi tahu pemerintah Rusia tentang keputusannya untuk menghentikan pasokan pada tahun lalu, terkait dengan konflik di Ukraina.
"Obat dengan nama dagang Viagra sesuai dengan International Nonproprietary Name (INN) Sildenafil, produksinya tidak dilokalkan di Rusia. Pada 2022, Viatris menginformasikan penghentian pasokan obat Viagra dalam bentuk sediaan tablet," kata kementerian itu.
Namun, produsen dalam negeri memiliki kapasitas untuk memproduksi Viagra versi mereka sendiri dengan bahan aktif yang sama, kata kementerian tersebut, seraya menambahkan bahwa uji klinis obat tersebut sudah dilakukan.
Baca juga: Frustasi Akibat Dipecat Putin, Mantan Jenderal Polisi Rusia Ditemukan Tewas Bunuh Diri
Kementerian Kesehatan Rusia mengatakan apotek masih memiliki stok Viagra dan tidak kekurangan obat.
Perlu diketahui, industri farmasi negara itu meningkatkan produksi obat yang mengandung Sildenafil sebesar 11 persen selama Januari hingga September 2022.
Penjualan obat yang mengobati disfungsi seksual naik 15 persen dari tahun ke tahun.
Baca juga: Pasok Banyak Senjata ke Ukraina, Rusia Murka Sebut NATO-AS Kompor Perang
Orang Rusia membeli 2,7 juta pil disfungsi ereksi senilai 2,1 miliar rubel atau setara 28,1 juta dolar AS dari periode Juli hingga September 2022, yang merupakan lonjakan 88 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2021.
Registri farmasi Rusia mengatakan bahwa negara itu telah menyetujui lebih dari 40 obat domestik dengan Sildenafil yang kini diproduksi oleh delapan perusahaan domestik dan telah tersedia di apotek Rusia.