Mereka ditahan di dekat Fogoma'iu di perbatasan Provinsi Southern Highlands dan Hela, Papua Nugini, dikutip dari CNN Internasional.
"Personel pasukan keamanan khusus kami akan menggunakan segala cara yang diperlukan untuk melawan para penjahat, hingga dan termasuk penggunaan kekuatan mematikan, untuk memberikan keselamatan dan keamanan orang-orang yang ditahan," kata Manning.
Dia juga menekankan keselamatan para sandera adalah prioritas utama bagi pasukan keamanan, dikutip dari 9News.
Baca juga: Media Inggris Sebut KKB Papua yang Sandera Pilot Philip Sebagai Teroris Psikopat
Kelompok Bersenjata Papua Nugini Minta Tebusan
Para penculik awalnya menuntut sekitar $1,4 juta dalam waktu 24 jam untuk menjamin pembebasan keempat sandera.
Jumlah itu kemudian dibatalkan dan memperpanjang tenggat waktu tebusan awal mereka.
“Kami menawarkan jalan keluar bagi para penculik," kata Manning.
"Mereka dapat membebaskan tawanan mereka dan mereka akan diperlakukan secara adil melalui sistem peradilan pidana, tapi kegagalan untuk mematuhi dan menolak penangkapan dapat membuat para penjahat ini kehilangan nyawa mereka,” tambahnya.
Pemerintah Australia sebelumnya mengkonfirmasi, mereka telah melakukan kontak dengan orang-orang bersenjata itu melalui pihak ketiga.
Meski pihak Australia meminta jalan keluar lain, namun kelompok bersenjata itu tetap bersikukuh meminta tebusan.
Baca juga: Buronan WN Australia Ditangkap di Bali, Terlibat Penjualan 160 Kg Mariyuana di Pasar Ilegal
Kelompok bersenjata itu mengancam dapat menghilangkan nyawa para sandera, jika permintaan uang tebusan tidak dipenuhi, dikutip dari The Guardian.
Manning menambahkan, kontak dipertahankan dengan perwakilan diplomatik yang relevan sampai kasus tersebut diselesaikan.
Pada Senin (20/2/2023), Perdana Menteri Papua Nugini, James Marape, mengkonfirmasi beberapa orang, termasuk seorang Australia, telah disandera.
"Sayangnya pada tadi malam satu orang Australia dan beberapa orang Papua Nugini disandera di tengah Dataran Tinggi Selatan," kata Marape, dikutip dari 9News.
Dia mengatakan negosiasi sedang berlangsung dan dia berdoa untuk pembebasan mereka.
"Saya ingin memberi tahu keluarga dari mereka yang disandera bahwa kami telah bekerja dan kontak telah dilakukan dengan orang-orang di hutan melalui sumber-sumber sekunder," kata Marape.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Australia