Menyusutnya angka kelahiran tidak jauh dari lingkungan sosial dan ekonomi yang terjadi di Korea Selatan.
1. Tak Wajib Berkeluarga
Banyak anak muda Korea Selatan mengatakan, tidak seperti orang tua dan kakek nenek mereka, mereka tidak merasa berkewajiban untuk berkeluarga.
2. Kondisi Ekonomi yang Tak Mendukung
Mereka mengkhawatirkan ketidakpastian pasar kerja yang suram, perumahan mahal, serta ketidaksetaraan gender dan sosial.
Selain itu, tingkat mobilitas sosial yang rendah dan biaya besar untuk membesarkan anak dalam masyarakat yang sangat kompetitif di Korea Selatan juga menjadi faktor menurunnya angka kelahiran ini.
3. Budaya Patriarki di Tempat Kerja
Perempuan juga mengeluhkan budaya patriarkal yang memaksa mereka melakukan banyak pengasuhan anak sambil menanggung diskriminasi di tempat kerja.
Kebanyakan perempuan di Korea Selatan memberontak dengan mengesampingkan urusan berumah tangga dan memilih mengejar pendidikan atau karier profesional.
"Singkatnya, negara kita bukanlah tempat yang baik untuk ditinggali, jadi mewariskan beban kepada anak-anak kita bukanlah pilihan yang baik," kata seorang responden Korea Selatan, dikutip dari The Korea Times.
Baca juga: Kementerian Unifikasi Korea Selatan Sebut Krisis Pangan di Korea Utara Semakin Memburuk
Presiden Beri Solusi
Pemerintahan Presiden Yoon Suk-yeol pada Desember 2022 meluncurkan serangkaian tindakan untuk mengatasi penurunan angka kelahiran di Korea Selatan.
Pemerintah mendorong melahirkan anak dan menghilangkan diskriminasi terhadap perempuan di tempat kerja.
Pemerintah juga berjanji untuk mengambil langkah-langkah untuk menyediakan perumahan yang terjangkau dan lebih banyak pekerjaan bagi kaum muda.