Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Presiden China Xi Jinping secara terbuka mengkritik Amerika Serikat (AS) dan menuduh negara yang dipimpin Presiden Joe Biden itu telah memimpin upaya negara Barat untuk 'menahan' laju negaranya.
Menteri Luar Negeri China Qin Gang juga memperingatkan AS untuk 'menginjak rem' atau mengambil risiko menghadapi 'konflik dan konfrontasi' dengan China.
"Negara-negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat telah menerapkan penahanan, pengepungan dan penindasan menyeluruh terhadap China, yang telah membawa tantangan berat yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi pembangunan bangsa kita," kata Xi dalam serangan verbal yang jarang terjadi pada Senin kemarin, seperti dikutip oleh media pemerintah China.
Saat menyatakan hal itu, ia sedang bertemu dengan industri dan kelompok bisnis selama pertemuan tahunan Badan Penasehat Partai Komunis.
Pidatonya tersebut berfokus pada ekonomi nasional, dengan komentar tentang kebijakan AS menggambarkan apa yang disebutnya sebagai 'faktor-faktor yang tidak pasti dan tidak dapat diprediksi' di lingkungan internasional, yang juga termasuk pandemi virus corona (Covid-19).
Baca juga: China Marah dan Ultimatum AS: Berhentilah Mencoreng Tiongkok dengan Narasi Kebocoran Lab
Dikutip dari laman Russia Today, Selasa (7/3/2023), Xi biasanya mampu menahan diri dari kritik yang ditargetkan terhadap AS.
Peneliti senior di Quincy Institute for Responsible Statecraft, Michael Swaine mengatakan kepada The New York Times bahwa sepengetahuannya, ini adalah kali pertama Pemimpin China tersebut 'secara terbuka mengungkapkan dan mengidentifikasi AS mengambil tindakan seperti itu'.
Sementara itu pada Selasa waktu setempat, pejabat senior China lainnya menuduh AS telah menggunakan taktik licik.
"AS mengklaim bahwa mereka berusaha untuk bersaing dengan China, namun bukan untuk mencari konflik. Namun pada kenyataannya, apa yang disebut 'persaingan' berarti menahan dan menekan China dalam segala hal," kata Qin Gang, dalam pidatonya di sela-sela sesi legislatif China yang sedang berlangsung.
Ia pun membandingkan pemerintah AS dengan seorang atlet yang mencoba menjatuhkan lawannya, alih-alih memberikan penampilan terbaiknya.
Menurutnya, AS ingin China tidak mundur saat menjadi sasaran tindakan atau fitnah seperti itu, namun hal ini tidak mungkin karena kesabaran China ada batasnya.
"Jika AS tidak menginjak rem, namun terus mempercepat jalan yang salah, tidak ada pagar pembatas yang dapat mencegah tergelincirnya rel dan pasti akan ada konflik dan konfrontasi," tegas Qin Gang, yang sebelumnya menjabat sebagai Duta Besar China untuk AS.
Sebelumnya, AS menuduh China merusak 'tatanan berbasis aturan' dengan kebijakannya dan memberlakukan sejumlah pembatasan ekonomi, termasuk larangan tahun lalu untuk mengekspor semikonduktor tertentu ke negara itu.
Ketegangan bahkan meningkat lebih lanjut pada bulan lalu setelah AS menuduh negara itu menerbangkan 'balon mata-mata' di atas tanah Amerika, yang menurut China hanyalah pesawat cuaca liar.