TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah 17 orang meninggal dunia akibat ledakan di sebuah gedung perdagangan berlantai tujuh di Dhaka, Bangladesh pada Selasa (7/3/2023) sekira pukul 17.00 waktu setempat.
Selain itu, puluhan orang lainnya terluka dalam ledakan itu.
Gedung itu berisi beberapa toko yang menjual produk pipa ledeng dan barang-barang rumah tangga.
Dua lantai pertamanya rusak parah, menurut petugas pemadam kebakaran.
Belum jelas apa yang menyebabkan ledakan itu, namun beberapa laporan mengatakan ledakan itu terjadi akibat akumulasi gas.
Perwakilan pemadan kebakaran, Rashed bin Khaled mengatakan sedikitnya 11 tim pemadam kebakaran diterjunkan di lokasi ledakan, dikutip dari The Washington Post.
Baca juga: Kamp Pengungsi Rohingya di Bangladesh Kebakaran
Bacchu Mia, seorang petugas polisi di Dhaka Medical College Hospital, mengatakan lebih dari 50 orang dibawa ke sana untuk perawatan.
Sejumlah 14 orang dari mereka meninggal dunia di rumah sakit.
Tiga orang lainnya kemudian meninggal karena luka-luka mereka.
Media lokal melaporkan sedikitnya 100 orang terluka dalam ledakan itu.
Kantor Berita Bangladesh melaporkan, orang-orang di lantai atas terjebak selama berjam-jam setelah ledakan.
Brigadir Jenderal Main Uddin, Direktur Jenderal Pemadam Kebakaran dan Pertahanan Sipil, mengatakan mereka tidak bisa masuk ke lantai dasar.
Mereka tidak memiliki data yang jelas jika ada yang terjebak.
Dia mengatakan, tidak mungkin untuk sampai ke lantai dasar karena bangunan tersebut menjadi sangat berisiko karena tiang-tiang penopang bangunan telah runtuh.
Main Uddin mengatakan mereka akan meminta bantuan dari militer setelah operasi pencarian dan penyelamatan dimulai pada Rabu (8/3/2023) pagi.
Baca juga: Remaja Bangladesh Tertidur saat Main Petak Umpet di Kontainer, Tak Sengaja Terangkut Sampai Malaysia
Saksi Mata
Seorang penjaga toko di dekat kawasan ledakan, mengatakan kesaksikannya kepada NPR di hari kejadian.
Ledakan itu terjadi di dekat tokonya di kawasan kota tua.
Penjaga toko bernama Safayet Hossain itu mengatakan, dia melihat 20 hingga 25 orang tergeletak di jalan di depan gedung yang meledak.
"Mereka menangis minta tolong. 'Selamatkan kami, selamatkan kami,'" katanya.
Sesaat setelah ledakan, listrik terputus di blok kota di kedua arah dan polisi menutup jalan.
Baca juga: Kamp Pengungsi Rohingya di Bangladesh Dilalap Jago Merah, Belum Diketahui Penyebab Kebakaran
Kebakaran dan Bencana Industri di Bangladesh
Bangladesh memiliki sejarah kebakaran dan bencana industri, termasuk pabrik yang terbakar dengan pekerja yang terjebak di dalamnya.
Kelompok pemantau menyalahkan korupsi dan lemahnya penegakan hukum, dikutip dari The Washington Post.
Sebelumnya, terjadi kebakaran besar di kamp pengungsi Rohingya Myanmar di Bangladesh pada hari Minggu (5/3/2023).
Kebarakan itu menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.
Tidak ada korban yang dilaporkan di kamp Balukhali di distrik Cox's Bazar.
Pada 2012, sekitar 117 pekerja meninggal dunia ketika mereka terjebak di balik pintu keluar yang terkunci di sebuah pabrik garmen di Dhaka.
Bencana industri terburuk di negara itu terjadi pada tahun 2013, ketika pabrik garmen Rana Plaza di luar
Dhaka runtuh, yang menewaskan lebih dari 1.100 orang, dikutip dari AP News.
Pada tahun 2019, kebarakan melanda daerah berusia 400 tahun yang penuh dengan apartemen, toko, dan gudang di bagian tertua Dhaka dan menewaskan sedikitnya 67 orang.
Pada tahun 2021, kebakaran terjadi di pabrik makanan dan minuman di luar Dhaka.
Sejumlah 52 orang meninggal dunia, banyak di antaranya terjebak di dalam gedung.
Tahun 2022 lalu, kebakaran di depot penyimpanan peti kemas di dekat Pelabuhan Utama Chittagong menewaskan sedikitnya 41 orang, termasuk sembilan petugas pemadam kebakaran, dan melukai lebih dari 100 lainnya.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Bangladesh