TRIBUNNEWS.COM - Kapal milik LSM Italia Médecins Sans Frontières (MSF), kapal Geo Barents, menyelamatkan 440 imigran di perairan Malta, negara kepulauan yang terletak di tengah Laut Mediterania, Rabu (4/4/2023).
Penyelamatan ini berlangsung selama 11 jam, setelah kapal MSF menanggapi peringatan marabahaya.
"Saat menuju ke tempat perlindungan di Mediterania karena cuaca buruk, kapal penyelamat MSF Geo Barents menerima sinyal marabahaya," cuit MSF melalui Twitter.
Kapal MSF mulai mencari kapal imigran pada 04.00 waktu setempat pada Selasa (4/4/2023).
“Sayangnya, cuaca tidak memungkinkan tim kami untuk melakukan penyelamatan secara langsung, yang bisa membahayakan nyawa masyarakat dan tim MSF,” katanya, dikutip dari MSF.
Baca juga: 34 Imigran Madagaskar Tewas Tenggelam di Samudra Hindia saat Menuju Prancis
Namun menjelang sore, Geo Barents dapat meluncurkan speed boat-nya ke kapal.
MSF men-tweet bersama dengan foto-foto yang menunjukkan dek kapal biru-putih yang dipenuhi orang-orang yang mengenakan jaket pelampung.
"Setelah lebih dari 11 jam operasi, penyelamatan sekarang selesai dan total 440 orang, termasuk 8 wanita dan 30 anak-anak, sekarang aman di atas GeoBarents dan dirawat oleh tim," cuit badan amal itu.
Baca juga: 30 Imigran Libya Hilang di Laut Mediterania setelah Kapal Kecil yang Ditumpangi Terbalik
Kapal MSF Geo Barents sempat Ditahan oleh Pemerintah Italia
Kapal Geo Barents ditahan oleh otoritas Italia pada bulan Februari 2023 karena diduga melanggar aturan baru pemerintah tentang misi penyelamatan jiwa di Laut Mediterania, dikutip dari Arab News.
MSF yang mengoperasikan kapal Geo Barents, bertugas dalam misi kemanusiaan untuk menyelamatkan imigran yang terombang-ambing di Laut Mediterania.
Kapal Geo Barents beroperasi pada Mei 2022, dengan peralatan lengkap dan bersertifikat untuk melakukan aktivitas pencarian dan penyelamata.
Geo Barents tetap mematuhi aturan dan peraturan saat ini yang diberlakukan oleh otoritas maritim Italia.
Baca juga: 5 Imigran Tewas Tenggelam di Laut Turki saat Naik Perahu Karet di Tengah Badai
Saat penahanan pada Februari 2023, MSF mengatakan, mereka dituduh gagal membagikan informasi, termasuk informasi perekam data perjalanan tentang posisi dan pergerakan kapal.