TRIBUNNEWS.COM - Dua orang pemukim Israel meninggal dunia akibat penembakan di Tepi Barat (yang diduduki Israel), Palestina, pada Jumat (7/4/2023).
Serangan itu menargetkan sebuah mobil di dekat pemukiman ilegal Israel di Hamra, Kota Jericho, Tepi Barat.
"Serangan penembakan dilakukan pada kendaraan di Persimpangan Hamra. Tentara IDF (tentara Israel) sedang mencari penembak di daerah itu," kata militer Israel, dikutip dari Al Jazeera.
Serangan bersenjata itu terjadi beberapa jam setelah Israel menyerang Lebanon dan Gaza.
Tenaga medis mengatakan, mereka mengevakuasi tiga wanita yang tidak sadarkan diri dari mobil mereka.
Baca juga: Israel Serang Lebanon dan Gaza, Targetkan Hamas Palestina setelah Bentrok di Masjid Al-Aqsa
Helikopter kemudian diterbangkan untuk membawa korban yang terluka ke rumah sakit.
Satu dari tiga korban itu adalah wanita yang mengemudi mobil.
Ketika penembakan dimulai, ia kehilangan kendali kendaraan dan menabrak seorang pria.
Total korban meninggal adalah dua orang.
Sementara itu, dua orang lainnya terluka dan satu kritis.
Saat ini, polisi Israel sedang melakukan perburuan dua tersangka.
Media Israel melaporkan, dua wanita yang tewas adalah saudara perempuan, dan wanita yang kritis adalah ibu mereka.
Ketiga korban adalah penduduk pemukiman Israel Efrat.
Sementara itu, ayah mereka mengendarai mobil lain di belakang mereka saat penembakan berlangsung, dikutip dari AP News.
Tidak ada kelompok militan yang bertanggung jawab atas penembakan itu.
Namun, juru bicara Hamas, Hazem Qassem memuji serangan itu sebagai pembalasan atas kejahatan yang dilakukan oleh Israel di Tepi Barat dan masjid Al-Aqsa.
Baca juga: AS Kecam Serangan Roket dari Lebanon dan Gaza, Sebut Israel Berhak Bela Diri
Israel Minta Warganya Siaga
Komisaris Polisi Israel, Kobi Shabtai, meminta warga Israel yang memiliki lisensi senjata api untuk membawa senjata mereka setelah serangan itu.
"Ini adalah serangan mematikan yang mengingatkan kita betapa relevannya ancaman teroris dalam berbagai bentuknya. Oleh karena itu, saya menyerukan kepada setiap warga negara yang memiliki senjata berlisensi dan terampil mengoperasikannya secara legal - untuk membawanya hari ini," katanya, dikutip dari Haaretz.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, akan mengadakan penilaian situasi dengan pejabat keamanan senior setelah insiden tersebut, kata kementerian pertahanan.
Kantor Perdana Menteri Israel, mengatakan PM Netanyahu juga akan segera mengadakan penilaian situasi.
Baca juga: Sederet Fakta Serangan Polisi Israel Saat Umat Muslim Menggelar Tarawih di Kompleks Masjid Al-Aqsa
Duta Besar Uni Eropa untuk Israel, Dimiter Tzantchev, mengutuk keras serangan itu di Twitter, dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban.
Duta Besar AS untuk Israel Tom Nides juga mengatakan hal senada di Twitter.
"Saya merasa ngeri melihat serangan teror mematikan di Tepi Barat hari ini, di mana seorang ibu terluka parah, dan kedua putrinya terbunuh," tulisnya di Twitter.
"Saya berdoa untuk perdamaian saat kami terus merayakan hari raya," lanjutnya.
Serangan itu terjadi saat meningkatnya ketegangan antara Palestina dan Israel di Yerusalem.
Pada Rabu (5/4/2023), 34 roket ditembakkan dari Lebanon dan Gaza, yang memicu serangan jet Israel di kedua wilayah itu pada Kamis (6/4/2023) malam.
Peluncuran roket dari Lebanon dan Gaza ke Israel dilatarbelakangi oleh penyerbuan polisi Israel ke masjid Al-Aqsa pada Selasa (4/4/2023) hingga Rabu (5/4/2023) pagi.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina VS Israel