Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV - Puluhan ribu warga Israel bergabung dalam aksi protes menentang rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk merombak peradilan.
Melansir dari Al Jazeera, kerumunan massa mengibarkan bendera Israel berwarna biru dan putih, yang telah menjadi ciri khas protes selama tiga bulan terakhir, di pusat kota Tel Aviv.
Para pengunjuk rasa berkumpul untuk menunjukkan pembangkangan terhadap rencana yang mereka anggap sebagai ancaman eksistensial terhadap demokrasi Israel.
Baca juga: Militer Israel Ngamuk, Balas Serangan Suriah Pasca Dihujani Tembakan Roket
Jurnalis Al Jazeera, Resul Serdar, mengatakan sekitar 145.000 orang diperkirakan akan menghadiri aksi tersebut.
"Ada seruan dan peringatan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang meminta orang-orang untuk tidak menghadiri protes hari ini karena masalah keamanan," ujar Serdar.
“Namun, pengunjuk rasa mengatakan bahwa pemerintah menggunakan keamanan sebagai alasan dan itu tidak akan menghentikan mereka turun ke jalan," tambahnya.
Para pengunjuk rasa mengatakan ini adalah momen bersejarah bagi negara, "dan mereka ada di sini untuk menyelamatkan demokrasi di Israel", kata Serdar.
Protes atas rencana tersebut terjadi di tengah gelombang kekerasan di Israel dan wilayah pendudukan Palestina.
Ketika massa menggelar aksi protes pada Sabtu (8/4/2023), pasukan Israel menembak mati seorang pria Palestina di Tepi Barat yang diduduki, kata kementerian kesehatan Palestina.
Ahed Salim, pria berusia 20 tahun, terkena tembakan di bagian dada dan perut oleh peluru tajam di Azzun dekat Qalqilya, kata kementerian itu.
Secara terpisah, militer Israel mengatakan tiga roket diluncurkan dari Suriah ke wilayah Israel. Tidak ada pihak yang segera mengklaim bertanggung jawab atas peluncuran roket tersebut, yang tidak menyebabkan kerusakan atau korban jiwa.
Di sekitar Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, puluhan ribu jamaah diperkirakan akan menghadiri shalat malam di tengah kekhawatiran akan kemungkinan terulangnya penggerebekan polisi Israel pada minggu ini, yang diikuti oleh rentetan peluncuran roket ke Israel serta serangan udara Israel ke Gaza dan Lebanon selatan.
Warga Israel juga berada dalam kekhawatiran, setelah penabrakan mobil di Tel Aviv yang menewaskan seorang pria Italia dan melukai lima turis lainnya pada Jumat (7/4/2023).
Penabrakan itu terjadi beberapa jam setelah serangan penembakan yang menewaskan dua orang kakak beradik Israel dan melukai ibu mereka di dekat sebuah pemukiman ilegal Israel di Tepi Barat.
Netanyahu telah mengerahkan pasukan cadangan polisi perbatasan dan memerintahkan tentara untuk memperkuat posisi keamanan guna mencegah kemungkinan terjadinya masalah, di tengah seruan untuk tenang dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Eropa, dan Amerika Serikat.
Sementara proposal yudisial, yang akan memberikan kontrol efektif kepada pemerintah atas penunjukan hakim Mahkamah Agung dan memungkinkan parlemen untuk mengesampingkan banyak keputusan pengadilan, telah menyebabkan salah satu krisis domestik terbesar dalam sejarah Israel baru-baru ini.
Baca juga: Negara Timur Tengah Kutuk Serangan Israel di Gaza dan Lebanon, Desak Semua Pihak Kurangi Eskalasi
Ratusan ribu demonstran, termasuk para prajurit cadangan, pemimpin bisnis, anggota industri teknologi Israel, dan akademisi terkemuka telah ambil bagian, berhadapan dengan para pendukung koalisi nasionalis-religius sayap kanan Netanyahu.
Pemerintah, yang menuduh hakim aktivis semakin merampas peran parlemen, mengatakan perombakan diperlukan untuk mengembalikan keseimbangan yang tepat antara peradilan dan politisi terpilih.
Kritikus mengatakan itu akan menghilangkan beberapa pemeriksaan dan keseimbangan (checks and balances) yang penting untuk menopang negara demokratis dan menyerahkan kekuasaan yang tidak terkendali kepada pemerintah.
Sebelum protes, polisi telah mendesak orang-orang untuk mengosongkan jalan agar layanan darurat dapat bergerak dengan bebas setelah tabrakan mobil di kawasan pejalan kaki garis pantai yang populer di Tel Aviv pada Jumat.
https:/