News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Suriah

Netanyahu Nostalgia di Puncak Gunung Hermon, Sebut Syarat Agar Israel Angkat Kaki dari Suriah

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara dengan Kepala Staf Herzi Halevi dan kepala Shin Bet Ronen Bar saat mengunjungi Puncak Gunung Hermon, Suriah yang diduduki Israel, 17 Desember 2024.

Netanyahu Nostalgia di Puncak Gunung Hermon, Sebut Syarat Agar Israel Angkat Kaku dari Suriah

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengungkapkan persyaratan Israel untuk meninggalkan sisi Gunung Hermon di Suriah.

Dalam kunjungannya ke lokasi tersebut, Netanyahu mengatakan kalau mereka akan tetap berada di puncak gunung Hermon,“sampai ditemukan pengaturan lain yang menjamin keamanan Israel.”

Baca juga: Pasukan Israel Ada di Puncak Gunung Hermon Sepanjang Musim Dingin, Siapa Pengendali Suriah Sekarang?

Kunjungan Netanyahu ke Puncak Gunung Hermon ini menjadi perjalanan nostaligia bagi sang perdana menteri yang pernah juga menjadi pasukan pencaplok wilayah ini pada perang tahun 1973 silam.

“Saya pernah ke sini 53 tahun lalu bersama tentara saya dalam patroli Sayeret Matkal,” katanya, seraya menambahkan bahwa kunjungan tersebut membangkitkan rasa nostalgia.

"Tempat itu tidak berubah, tempatnya sama saja, tetapi kepentingannya bagi keamanan Israel semakin diperkuat dalam beberapa tahun terakhir, dan terutama dalam beberapa minggu terakhir dengan peristiwa dramatis yang terjadi di bawah kita di Suriah. Kami akan menentukan pengaturan terbaik yang akan menjamin keamanan kami," tambahnya.

Semua penerbangan di Bandara Internasional Damaskus ditangguhkan pasca tumbangnya rezim Presiden Bashar Al-Assad yang berarti pula runtuhnya pemerintahan Suriah, Ahad lalu, 8 Desember 2024. (AFP/The National News)

Iran Ungkap Syarat Pembukaan Kembali Kedutaan Besar di Suriah

Di pihak lain, Kementerian Luar Negeri Iran pada Selasa (17/12/2024) mencantumkan “syarat-syarat yang diperlukan” untuk membuka kembali kedutaan besarnya di Damaskus setelah dirusak menyusul pengambilalihan ibu kota oleh oposisi pada 8 Desember 2024.

"Pembukaan kembali kedutaan di Damaskus membutuhkan persiapan, yang terpenting adalah memastikan keamanan dan keselamatan kedutaan dan stafnya," kata juru bicara kementerian luar negeri Esmaeil Baqaei, dalam pernyataan yang dikutip oleh Agence France-Presse (AFP).

Ia menambahkan bahwa pekerjaan untuk tujuan itu akan dilakukan "segera setelah kondisi yang diperlukan tersedia", tanpa memberikan jadwal yang spesifik.

Kedutaan Besar Iran di Damaskus digeledah setelah para diplomat meninggalkannya saat pasukan oposisi merebut ibu kota dan menggulingkan Assad.

Iran telah mendukung Assad sepanjang perang saudara Suriah, yang dimulai pada tahun 2011.

Sejak kejatuhannya, Iran berupaya menjauhkan diri dari pemimpin yang digulingkan itu, dan sebaliknya menekankan sejarah persahabatan antara kedua negara.

Baqaei mengatakan pada hari Selasa bahwa kehadiran "penasihat" Iran di Suriah adalah "atas undangan pemerintah".

"Kami tidak pernah berada di Suriah untuk mendukung orang, kelompok, atau partai tertentu," katanya.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini