Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Pemerintah China kembali memberikan sinyal perang, usai kapal perang USS Milius milik Armada ke-7 Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) berlayar melintasi Selat Taiwan sejak Minggu (16/4/2023).
"Pasukan komando tetap dalam kondisi waspada tinggi setiap saat dan akan dengan tegas mempertahankan kedaulatan dan keamanan nasional serta perdamaian dan stabilitas regional," tegas juru bicara militer China, Kolonel Shi Yi.
Angkatan Laut AS, menjelaskan kehadiran kapal perangnya di perairan Taiwan hanyalah transit rutin. Terlebih wilayah perairan Taiwan merupakan bagian dari jalur Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Sehingga negara manapun bebas melewati jalur navigasi internasional tersebut.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-418: Menteri China ke Moskow - Larangan Impor Hasil Pertanian
"Kawasan tersebut merupakan pelayaran internasional militer Amerika Serikat bebas terbang, berlayar dan beroperasi di kawasan tersebut sesuai hukum internasional," tegas Angkatan Laut AS dikutip dari AFP.
Akan tetapi tindakan yang dilakukan AS dinilai pemerintah China sebagai bentuk ancaman. China memandang Taiwan sebagai bagian dari. Hal tersebutlah yang membuat pemerintah China khawatir apabila kunjungan kapal Amerika dapat mendorong terjadinya tindakan separatisme.
Mengingat tindakan seperti ini bukan kali pertama yang dilakukan AS, sebelumnya USS Milius sempat melintas di perairan Laut China Selatan yang menjadi sengketa antara Beijing dan beberapa negara lainnya.
China mengecam aktivitas kapal perang AS itu sebagai penyusupan ilegal yang dilakukan 'tanpa izin pemerintah China'.
Imbas tindakan provokasi tersebut China menggelar latihan militer besar-besaran mencakup simulasi serangan terarah dan simulasi blokade wilayah Taiwan.
Latihan yang dinamai Joint Sword tersebut digelar selama tiga hari di sekitar wilayah Taiwan dimulai pada 8 hingga 11 April 2023.
Tak tanggung – tanggung dalam latihan tersebut 42 jet tempur serta 8 kapal perang ikut diluncurkan sebagai bentuk gertakan atas tindakan AS.
Baca juga: Dokumen Rahasia Pentagon: China Setuju Kirim Senjata untuk Rusia, tapi Minta Pengiriman Dirahasiakan
Meski pemerintah Taiwan menolak klaim teritorial China, dan mengatakan hanya penduduk pulau itu yang dapat menentukan masa depannya.
Akan tetapi China bersumpah pihaknya tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawa Taiwan yang diperintah secara demokratis di bawah kendalinya.